TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muzal Kadim mengatakan, virus yang diduga menyertai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya, yakni adenovirus, sebelumnya tidak pernah ada di penyakit hepatitis A sampai E.
"Tidak pernah ada adenovirus yang selama ini ditemukan sebagai penyebab hepatitis. Jadi ini memang masih dicari ya," kata dia dalam diskusi daring, Sabtu, 7 Mei 2022.
Muzal menjelaskan, adenovirus biasanya menyerang organ pencernaan anak dengan ringan, seperti gejala pada diare, sakit perut, muntah sebentar, dan demam ringan. Gejalanya seperti infeksi rotavirus yang memicu diare.
"Seperti rotavirus, adenovirus ini salah satu penyebab diare. Namun, pada kasus ini kita tidak tahu kenapa ditemukan adenovirus. Apakah itu sebagai penyebab, saat ini kami juga belum bisa memastikan," ucap dia.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan telah menyatakan, penyebab penyakit hepatitis akut ini memang masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Namun, adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 juga ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko terhadap tiga kasus hepatitis akut pada anak yang telah menyebabkan 3 korban jiwa di Jakarta.
Pada ketiga kasus ini, anak yang meninggal berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia 8 mendapatkan vaksinasi Covid-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan hepatitis lengkap.
Nadia menyatakan, sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa digolongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Mereka masuk pada kriteria pending klasifikasi.
"Karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan," ucap Nadia.
Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaan terhadap hepatitis akut misterius ini setelah WHO menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia.