Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kiai Mas Mansur, Empat Serangkai dan Muhammadiyah

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Logo Muhammadiyah. wikipedia.org
Logo Muhammadiyah. wikipedia.org
Iklan

Saat di Mesir, Mas Mansur belajar di Perguruan Tinggi Al-Azhar pada Syaikh Ahmad Maskawih. Saat menempuh studi di Mesir, kondisi di Mesir sedang gencar-gencarnya semangat nasionalisme dan pembaharuan. Situasi seperti itu, dimanfaatkan oleh Mas Mansur untuk membaca tulisan-tulisan tentang nasionalisme dan mendengarkan pidato-pidato nasionalisme dari tokoh-tokoh Mesir. Pada akhirnya, petulangan Mas Mansur di Mesir dan Makkah berakhir pada 1915 dan ia kembali ke Indonesia.

Kiprah Mas Mansur di Indonesia

Seulang dari luar negeri, Mas Mansur menikah dengan Siti Zakijah dan ia dikaruniai oleh enam orang anak. Selain menikah dengan Zakijah, Mas Mansur juga menikah dengan Halimah, tetapi pernikahan dengan Halimah tidak berlangsung lama karena pada 1939, Halimah meninggal dunia.

Selain menikah, sepulangnya dari Makkah dan Mesr, Mas Mansur juga bergabung ke dalam Sarekat Islam dan Mas Mansur membawa modal pengetahuan politik yang ia dapatkan di Makkah dan Mesir untuk bergabung bersama Syarikat Islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat bergabung dengan Sarekat Islam, Sarekat Islam sedang dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto dan Sarekat Islam dikenal sebagai organisasi yang radikal dan revolusionel. Di Sarekat Islam, Mas Mansur dipercaya untuk menjadi Penasihat Pengurus Besar Sarekat Islam.

Selain itu, Mas Mansur juga mendirikan sebuah majelis diskusi bersama Wahab Hasboellah dan diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). Dalam majelis diskusi tersebut, masalah-masalah yang dibahas mulai dari yang bersifat keagmaan sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah. Di samping aktif berdiskusi, Mas Mansur juga banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang berbobot.

Tulisan-tulisan Mas Mansur banyak berbicara mengenai pemikirannya tentang pembaharuan dan tulisan-tulisan dari Mas Mansur banyak dimuat di media massa. Di samping itu, Mas Mansur juga beberapa kali menerbitkan majalah, seperti Soeara Santri, Djinem dan Kawan Kita. Tulisan-tulisan dari Mas Mansur tidak hanya menghiasi media massa lokal Surabaya, tetapi juga menghiasi banyak media massa di luar Surabaya, seperti Yogyakarta, Medan, dan Solo. Mas Mansur juga beberapa kali menerbitkan buku, antara lain Hadits Nabawijah, Sjarat Sjahnja Nikah, Risalah Tauhid, dan Sjirik, dan Adab al-Bahts wa al-Munadlarah.

Mas Mansur dan Muhammadiyah

Sebagai tokoh Islam, Mas Mansur juga aktif dalam organisasi keagamaan. Pada 1921, Mas Mansur bergabung bersama Muhammadiyah dan di sana ia membawa angin segar mengenai ide-ide pembaharuan yang selaras dengan visi dari Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan.

Di Muhadimmayah, Mas Mansur menapaki karier organisasinya dari bawah, mulai dari menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabya, Konsl Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur, dan akhirnya menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.

Mas Mansur terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada Oktober 1937.

Mas Mansur dan Empat Serangkai

Selain aktif dalam organisasi keagmaan, Mas Mansur juga aktif untuk berkegiatan politik. Statusnya sebagai ketua PB Muhammadiyah membuatnya harus banyak terlibat dalam aktivitas politik ummat Islam. Bahkan, ia menjadi pendiri Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) bersama Hasyim ASy’ari dan Wahab Hasboellah. Selain itu, ia juga menjadi salah satu pendiri Partai Islam Indonesia (PII). Di samping itu, Mas Mansur juga lekat dengan sebuatn empat serangkai, bersama dengan Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.

Akhir Hayat

Mas Mansur menghembuskan nafas terakhirnya pada 25 April 1946. Saat itu, ia ditangkap dan ditawan oleh tentara NICA di Kalisosok. Mas Mansur ditangkap tentara NICA ketika ia ikut berjuang bersama barisan pemuda ketika pecahnya Perang Revolusi Kemerdekaan.

Jasa Mas Mansur banyak dikenang oleh teman-teman seperjuangannya dan tokoh Muhammadiyah ini menjadi salah satu tokoh pejuang Islam yang dihormati. Pemerintah Indonesia juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Mas Mansur

EIBEN HEIZIER
Baca juga: Ridwan Kamil Temui Ketum PP Muhammadiyah di Yogya, Ini yang Dibahas

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

13 jam lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

17 jam lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

22 jam lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

22 jam lalu

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menghadiri acara Halalbihalal dan Silaturahmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Senen, Jakarta, Minggu, 28 April 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?


Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

2 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat


Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

3 hari lalu

Ilustrasi pendidikan di sekolah.
Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.


Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

4 hari lalu

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?


Kemenag Cairkan Dana BOS Tahap I dan PIP Pesantren 2024

5 hari lalu

Ilustrasi beasiswa santri Foto Kementerian Agama
Kemenag Cairkan Dana BOS Tahap I dan PIP Pesantren 2024

kemenag mengalokasikan anggaran dana BOS Pesantren sebesar Rp 340,5 miliar tahun ini.


KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

7 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU


Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

7 hari lalu

Pasangan calon presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka hadir dalam rapat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu 24 April 2024. KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029. TEMPO/Subekti.
Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.