INFO NASIONAL - Perusahaan baja terbesar kedua di Indonesia, PT Gunung Raja Paksi, Tbk melakukan proses transformasi digital untuk seluruh proses rantai pasokan. Transformasi digital antara lain melalui penerapan teknologi SAP S4/HANA.
“Implementasi teknologi tersebut sebagai pondasi data untuk penerapan Industri 4.0. Dengan SAP, kami dapat mengintegrasikan semua kinerja departemen sehingga terjadi data flow dan visibilitas sesuai dengan rantai pasok dari order pelanggan, jadwal produksi, hingga pengiriman barang,” kata Direktur Informasi Teknologi GRP, Felix K Sugianto.
Ketersedian data di semua rantai pasok, Felix melanjutkan, akan memberikan kemudahan untuk menganalisis proses yang terjadi dan memberikan umpan balik. Hal tersebut untuk meningkatkan kesadaran managemen secara kolektif tentang seluruh proses di rantai pasok.
Felix mencontohkan scrap sebagai bahan baku produk akhir baja. Menurutnya, penggunaan scrap berasal dari besi baja yang sudah tidak digunakan secara fungsional, merupakan biaya terbesar dari biaya produksi barang jadi. “Hal ini berdampak pada biaya produksi dan profitabilitas perusahaan. Karena itu, manajemen penyuplai bahan baku berperan penting terhadap efisiensi biaya,” ucapnya.
Ia melanjutkan, visibilitas mengenai jumlah bahan baku yang dikirim penyuplai setiap hari, kualitas bahan baku, dan kontinuitas pengiriman, juga menjadi barometer penting untuk tim pembelian.
Ketersediaan data, ujarnya, juga meningkatkan kemampuan dalam menganalisis tren pasokan dari setiap penyuplai bahan baku besar, antara lain dengan memberikan early warning kepada tim pembelian. Jika pasokan berkurang di bawah target, tim pembelian bisa segera menjalankan strategi alternative sourcing atau memberlakukan peningkatan harga.
Ketersedian data di seluruh rantai pasok, juga meningkatkan kemampuan setiap departemen dalam menganalisis terkait peningkatan hubungan dengan stakeholder. Sales, misalnya, dapat melakukan segmentasi pelanggan, sehingga dapat membuat penawaran yang berbeda dari sisi harga dan value add offering lainnya. “Demikian juga bagian produksi, bisa meningatkan visibilitas mengenai besaran demand, sehingga dapat melakukan perencanaan dan optimalisasi komponen bahan baku,” kata Felix.
Sementara penerapan QR code yang terintegrasi dengan SAP untuk barang jadi, tidak hanya memudahkan proses pencatatan, juga memberikan kemampuan untuk tracing produk secara cepat. Menurut Felix, QR code dapat memberikan informasi lengkap, mulai tanggal produksi sampai level satuan produksi. “Jika terjadi keluhahn pelanggan, kami bisa cepat menangani dan memberikan umpan balik yang tepat untuk memberikan solusi,” kata dia.
Penerapan sistem SAP, juga diikuti dengan evaluasi terus menerus pada setiap proses rantai pasok. Selain itu, manajemen juga memberikan dukungan kepada setiap karyawan yang memberikan ide guna meningkatkan nilai tambah terhadap proses yang ada. “Untuk itu, kami juga menerapkan reward system. Penghargaan diberikan kepada karyawan, terkait produktivitas dalam menggunakan sistem yang tepat waktu dan juga ide-ide yang disampaikan,” ujar Felix. (*)