INFO NASIONAL-"Selamat pagi, Anak-anak. Kalian tampak bersemangat dan luar biasa. Hari ini, kita akan belajar yang tak biasa kita lakukan,yaitu menyanyi, Apuse. Kalian ingin belajar di dalam kelas, di luarkelas atau di pekarangan sekolah," ujar Erniwati, menirukan kembali interaksi saat mengajar di SDN 023 Dara, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Erniwati adalah kepala sekolah jebolan program Pendidikan Guru Penggerak angkatan I, sebuah inisiasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menghasilkan guru pemimpin pembelajaran. Dia mengisahkan pengalamannya seusai mengikuti pendidikan termasuk memetakan kebutuhan belajar siswa.
Lewat pelatihan tersebut, Ernawati dan guru-guru lainnya dapat mengetahui potensi siswa dengan menyiasati konten dan materi, juga menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK), yang menekankan belajar harus memanfaatkan panca indera.
Erniwati dan beberapa guru dari berbagai wilayah di Indonesia ini berbagi cerita dalam diskusi daring bertema‘Kreatif dan InovatifTerapkan Merdeka Belajar di Sekolah’ yang diprakarsai oleh Tempo.co dan Kemendikbudristek, Senin, 20 Desember 2021.
Cara belajar yang kreatif, inovatif, dan menggali potensi siswa ini juga dilakukan Nita Dananti Dewi, guru SMAN 1 Jatisrono,Wonogiri, Jawa Tengah. Untuk mempelajari sejarah, dia menugaskan para muridnya membuat film pendek yang bertema kepahlawanan.
"Bersama murid saya yang memiliki beragam talenta, pembelajara nsejarah kami kemas berbasis learning proyek pembuatan film. Inilah pengalaman yang tak dapat kami lupakan, kejadian lucu, gemas, mendebarkan, dan mengharukan. Mengerjakan proyek film itu bukan hal yang mudah. Kami bergotong royong darimengembangkan skenario, jadi sutradara, narator, visual effect, hingga konsumsi. Semua terdokumentasi baik dalam behind the scene," ujar Nita yang didaulat menjadi Juara I Lomba Menulis Artikel Guru Bicara Pendidikan oleh Indonesiana.id ini.
Nita menuturkan salah satu film dari empat film yang produksi Bioskop Merdeka adalah “Kopral Jono” yang mengisahkan sekelumit seniman bernama Ismail Marzuki yang memberikan ruhkemerdekaan bangsa lewat karya seni musik. Sejumlah sosok pahlawan yang ditampilkan para siswa di Wonogiriini berfokus pada tokoh yang mendarmabaktikan kemerdekaan bangsa lewat berbagai media dari karya jurnalistik, fotografi, wartawan, penyiar radio, dokter, dan perawat. .
Kreativitas juga dilakukan oleh Kepala SMPN 34 Maluku Tengah sekaligus peserta Sekolah Bergerak angkatan pertama, Nurdin Achmad yang memanfaatkan akselerasi teknologi,informasi, dan komunikasi (TIK), sistem pembelajaran daring dilakukan dengan mengikuti materidari sebuah websitependidikan.
Sekolah yang jaringaninternetnya memadai lalu melakukansosialisasimateri sekaligus mengadakan pelatihan ke sekolah-sekolah di pelosok yang kesulitan jaringan internetnya. Nurdin berkisah dia dan tiga guru penggerak lain melakukanin house training dan mendatangi sekolah yang berjarak 265 kilometer dari pusat kota.
Urgensi program Sekolah Penggerak yang melakukan langkah kreatif dan inovatif ini juga dilakukan oleh Kepala SD InpresWagom, Fakfak, Papua Barat,Welmina Marani. Menurut Welmina, antusiasme program ini terlihat pada naiknya jumlah peserta di level sekolah dasar, yaitu bila pada angkatan pertama di awal 2021 hanya tiga pengajar, maka di angkatan kedua jumlah guru yang mengikuti program ini lebih banyaklagi. TIK baginya juga merupakan kunci pembelajaran untuk mendapatkan materi di Papua Barat.
Kreativitas dan inovasi guru ini ditanggapi positif oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek,Anindito Aditomo. Nino, sapaan akrabAnindito, mengatakan standar dan kurikulum diperlukan sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan. Tetapi, standarini bukan menjadi alat untuk menyeragamkan variasi kebutuhan antar daerah dan siswa yang relatif.
Standar dan Kurikulum dalam konteks MerdekaBelajar diberlakukan secara kontekstual dan bertahap dengan melihat titik awal di tiap sekolah dan daerah. Sehingga inisiatif pendidikan mengacu dar isumber data utama,yaitu Asesmen Nasional 2021 yang telah dilaksanaka nhampir di seluruh satuan pendidikan seluruh Indonesia,mulai dari SD, SMP, SMA ,hingga SMK dan sederajat. Data kemudian menjadibaseline bagi tiap pihak untuk mengetahui kondisi dan kualitas pendidikan saatini.
"Hasil Asesmen Nasional menjadi umpan balik bagi guru, dinas pendidikan dan Pemda agar mengetahui tantangan dan kebutuhan apa di tiap sekolah. Juga mengukurkemampuan dan pengetahuan literasi dan numeras isiswa, sehingga penting untuk pelajar kita agar memahami matematika dasar dan pengetahuan dasar. Survei karakter diperlukan juga kurikulum yang holistic bagi tumbuh kembang anak untuk pembentuka nkompetensi dan karakter mereka," kata Nino. (*)