Achmad Rinzani, Field Admint Superintendent Joint Operating Body Pertamina - Petrochina East Java menyatakan, berhentinya semburan itu dikarenakan pihaknya melakukan penyumbatan dengan lumpur baru. "Bila sebelumnya berat jenis lumpur pengganti yang kita pompakan 15 pond per galon, kemarin kita tingkatkan menjadi 17,7 pond per galon," kata Rinzani kepada Tempo.
Selain menyuntikkan lumpur baru, pihak Petrochina memasang blower untuk menguraikan gas akan tidak terkonsentrasi di tempat tersebut. Pemasangan blower juga bertujuan untuk mempercepat pengeringan lumpur.
Baca Juga:
Meski semburan telah berhenti, namun Petrochina dan Pertamina tetap akan melakukan pengamatan secara terbuka maupun tertutup hingga benar-benar aman. Menurut Rinzani, proses selanjutnya ialah melakukan semenisasi untuk persiapan pemasangan selubung bor sebesar 95/8 inci. "Tahapan-tahapan pengeboran kita pantau terus," ujar Rinzani.
Pengamat geologi Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Amin Widodo mengatakan, penanganan semburan lumpur di lapangan Lengowangi 2 relatif mudah karena kedalaman pengeborannya baru 600 meter atau sekitar 1.800 feet. "Itu masih dangkal sehingga gampang diatasi," kata Amin.
Meski demikian Amin meminta Pertamina dan Petrochina mengkomunikasikan masalah tersebut dengan masyarakat sekitar yang merasa resah sejak terjadinya semburan. Masyarakat, kata Amin, bukan hanya diberi pengertian melalui omongan saja, tetapi harus disertai dengan pemaparan angka-angka. "Karena fenomenanya mirip dengan underground blow out," kata Amin.
Kendati semburan sudah berhenti, namun minat warga untuk menonton lokasi eksplorasi masih besar. Hingga Senin siang ratusan masyarakat datang silih berganti. Beberapa diantaranya mengaku kecewa karena tidak dapat menyaksikan semburan lumpur. Kesempatan itu digunakan pemuda setempat untuk membuka jasa penitipan kendaraan.
Sekitar 10 aparat kepolisian dari Kepolisian Sektor Kebomas berjaga-jaga di lokasi. Beberapa papan peringatan larangan merokok dan menyalakan api dipasang di tempat itu.
KUKUH S WIBOWO