Ruhana merasa perlu mengubah nasib perempuan di kampung halamannya. Ruhana berpikir perempuan harus bangkit dari ketertinggalannya selama ini.
Dalam tulisannya yang dikutip Journal of Feminism and Gender Studies, Rohanna pernah menulis, "Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.”
Mengutip dari kenangan.com, dari tulisan dan pola pikirnya, Ruhana mencoba menawarkan konsep kesetaraan gender dengan tidak menuntut persamaan hak perempuan dengan laki-laki. Namun lebih pada fungsi dan karakter alamiah dari perempuan sesuai dengan kodrat yang melekat pada dirinya.
Perempuan sejati adalah perempuan yang berdaya. Untuk itu dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan juga pendidikan untuk kelompok perempuan itu sendiri dalam menjalankan hidupnya.
Ema Pratama Agustiningsih dalam tulisannya tentang Pergerakan Perempuan Di Minangkabau: Kiprah Rohana Kudus Dalam Nasionalisme Tahun 1912-1972 melontarkan Gerakan yang dilakukan oleh Ruhana Kuddus lebih ditujukan untuk memberdayakan perempuan dan membantu perempuan Koto Gadang dari ketertinggalan.
Ruhana Kuddus hadir sebagai pembawa perubahan dan memberikan daya bagi perempuan pada masanya untuk beranjak dari ketidaksetaraan. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Ruhana merupakan gerakan sosial dalam mendukung tercapainya sebuah kesetaraan gender.
Baca: Profil Rohana Kudus yang Jadi Pahlawan Nasional oleh Jokowi
HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK