Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kolonel Latief Bicara Soal Asal-usul Isu Dewan Jenderal dan Kudeta 5 Oktober

Reporter

image-gnews
Warga nonton bareng (nobar) pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Aceh (23/9) malam. Nobar pengkhianatan G30S/PKI yang diperintahkan Panglima TNI kepada jajaran TNI diseluruh daerah di Indonesia itu bertujuan mengingatkan kembali sejarah peristiwa pemberontakan PKI terhadap NKRI pada 30 September 1965, sekaligus kemanunggalan TNI dengan rakyat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air. ANTARA FOTO
Warga nonton bareng (nobar) pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Aceh (23/9) malam. Nobar pengkhianatan G30S/PKI yang diperintahkan Panglima TNI kepada jajaran TNI diseluruh daerah di Indonesia itu bertujuan mengingatkan kembali sejarah peristiwa pemberontakan PKI terhadap NKRI pada 30 September 1965, sekaligus kemanunggalan TNI dengan rakyat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten komunisme serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air. ANTARA FOTO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Kolonel Latief, pada 1965 adalah Komandan Brigade Infanteri atau Brigif I Kodam V Jakarta Raya atau Kodam V Jaya. Meski Kolonel Abdul Latief sudah punya tiga melati dipundak, namun dalam tim pasukan G30S ia menjadi bawahan Untung yang baru punya dua melati.   

Di saat Letkol Untung, Brigjen Supardjo dan pimpinan G30S lainnya dihukum mati, Kolonel Latief bisa berumur panjang, dihukum seumur hidup, dan bahkan bisa merasakan udara bebas saat rezim Orde Baru tumbang pada 1998.

Komandan Brigade Infanteri (Brigif) I Kodam V Jakarta Raya (Jaya)

Baca selengkapnya di artikel "Kekhawatiran Kolonel Latief dalam Rapat Terakhir G30S", https://tirto.id/cxrF

Komandan Brigade Infanteri (Brigif) I Kodam V Jakarta Raya (Jaya)

Baca selengkapnya di artikel "Kekhawatiran Kolonel Latief dalam Rapat Terakhir G30S", https://tirto.id/cxrF

Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S pada 1965 masih menyimpan sejumlah tanda tanya. Ada banyak teori dan asumsi yang menjelaskan mengapa peristiwa pada Jumat dini hari 1 Oktober 1965 itu bisa terjadi. 

Rezim Orde Baru di bawah Jenderal Besar purnawirawan Soeharto dengan jelas menuding PKI atau Partai Komunis Indonesia berada di balik gerakan penculikan para jenderal eite TNI AD. 

Namun, banyak juga ahli yang menyebut bahwa G30S tidak ada kaitan dengan PKI. Peristiwa tersebut dinilai sebagai imbas dari pertarungan antar klik atau kubu di dalam tubuh TNI AD.   

Salah satu pelaku inti Kolonel Abdul Latief mengungkapkan bahwa mereka, sebagai perwira muda, ingin menyelamatkan Presiden Sukarno dari ancaman kudeta sekelompok jenderal yang dinamai sebagai Dewan Jenderal.

Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Tempo pada April tahun 2000, Abdul Latief mengungkapkan bahwa mereka ingin menggagalkan Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Sukarno.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kolonel Latief mengaku pertama kali diajak Letkol Untung untuk masuk dalam tim yang belakangan hari menamai diri mereka sebagai G30S. "Saya dan teman-teman bertekad untuk melawan dan menggagalkan Dewan Jenderal," ucap Latief dalam wawancara tersebut.

Dalam sebuah wawancara yang lain, Abdul Latief mengatakan isu Dewan Jenderal tersebut sudah lama beredar di kalangan perwira muda. Bahkan Latief, mengungkapkan Brigjen Supardjo Panglima Komando Tempur II dalam Komando Mandala Siaga (Kolaga), mengaku punya bukti tentang isu Dewan Jenderal yang melakukan kudeta pada Hari Ulang tahun ABRI 5 Oktober 1965. Belakangan hal ini ia sampaikan pula kepada Presiden Sukarni pada 1 Oktober 1965.    

Latief mengungkapkan ide untuk menghadapkan para jenderal ke hadapan Presiden Sukarno adalah ide mereka. "Kalau para jenderal itu tidak dijemput, yang terjadi adalah kudeta," ucapnya dalam wawancara Tempo. "Presiden Sukarno menjadi sasaran pokok untuk digulingkan," ujarnya. 

Namun, operasi G30S mulai buyar setelah pasukan di lapangan menembak mati sejumlah jenderal yang hendak dijemput. 

Abdul Latief membantah bila itu terjadi atas perintah PKI atau Ketua CC PKI DN Aidit. Latief mengaku tak pernah sama sekali bertemu dengan DN Aidit. "Padahal, ketemu rai (wajah) saja belum pernah." ujarnya dalam wawancara Tempo tahun 2000 silam.    

 

BANGKIT ADHI WIGUNA | IQBAL MUHTAROM

Baca juga: Dokumen Supardjo Beberkan Analisis Mengapa Operasi G30S Gagal

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

1 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP Puan Maharani (kiri), Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi Prananda Prabowo (kanan) yang juga anak-anaknya berpegangan tangan saat berfoto bersama dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2023. Rakernas III PDI Perjuangan itu menghasilkan 17 poin rekomendasi eksternal seperti visi-misi Capres-Cawapres dari PDIP, dan memerintahkan seluruh kader Partai menangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. TEMPO/M taufan Rengganis
54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

1 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.


Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

27 hari lalu

Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

30 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

31 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?


Ingat THR Harusnya Ingat Soekiman Wirjosandjojo, Penggagas Tunjangan Hari Raya Pertama

39 hari lalu

Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia ke-6. Wikipedia
Ingat THR Harusnya Ingat Soekiman Wirjosandjojo, Penggagas Tunjangan Hari Raya Pertama

Pencetus THR adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia dari Partai Masyumi. Siapa dia? Bagaimana kiprahnya?


58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

44 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru


Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

45 hari lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

Kilas balik Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, ada 3 jenderal yang bertemu Sukarno sebelumnya di Istana Bogor. Siapa mereka?


Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

45 hari lalu

Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

Tepat setahun peristiwa Supersemar, anak Sukarno-Ratna Sari Dewi di Prancis. Ia diberi nama Karina Kartika Soekarno, ini profilnya.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

46 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer