TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa elite PKI dalam operasi G30S terkesan misterius, bahkan ada yang tidak dikenali orang awam sebagai anggota partai. Siapa saja elite PKI dalam operasi yang berlangsung Jumat dini hari 1 Oktober 1965 ini?
1. DN Aidit
Dipa Nusantara Aidit atau yang dikenal dengan DN Aidit adalah Ketua Umum Comite Central PKI. Ia adalah inisiator dari G30S.
Dalam Majalah Tempo Edisi 17 November 2008, Aidit menghubungi tangan kanannya di PKI, Sjam, sepulang kunjungannya dari Cina pada awal Agustus 1965. Sjam bercerita, Aidit saat itu terlihat galau.
Ia mengaku pulang mendadak ke Indonesia setelah mendengar Sukarno jatuh sakit. Kalau sakitnya terulang, kata Aidit, Presiden bisa meninggal dunia.
Aidit khawatir kematian Sukarno akan dimanfaatkan pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD untuk merebut istana dan menyingkirkan PKI. "PKI sekarang harus memilih: didahului atau mendahului," ujarnya.
Aidit pada malam itu tampaknya telah memutuskan. Ia meminta Sjam untuk memeriksa barisan Biro Chusus dan bergegas membuat konsep "sebuah gerakan yang bersifat terbatas".
2. Sjam Kamaruzaman
Sjam, dilansir dari buku "Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto" karya John Roosa, adalah seorang Kepala Biro Chusus PKI. Ia ditunjuk Aidit langsung untuk menggantikan kepala sebelumnya, Karto.
Bila Karto adalah seorang anggota partai yang terkenal, berpengalaman, disukai orang, dan yang menggabungkan kerja terbuka dengan kerja militer tertutup, maka Sjam adalah sebaliknya. Di PKI ia adalah tokoh tak dikenal yang bergerak di dalam bayang-bayang.
Sehari-hari, ia lebih dikenal sebagai pengusaha. Orang tak akan menyangka bahwa ia elite PKI yang turut mengepalai operasi G30S. Dalam menjalankan rencana operasi ini Sjam dibantu asistennya di Biro Chusus, Supono Marsudidjojo alias Pono.
Dilansir dari Majalah Tempo Edisi 17 Novermber 2008, polisi militer mencatat setidaknya Sjam memiliki lima nama alias, yaitu Djimin, Ali Mochtar, Sjamsudin, Ali Sastra, dan Karman. Setahun sebelum dieksekusi pada 1986, ia bahkan mengirim surat pada adiknya dengan nama Rusman.
Hubungan Aidit dan Sjam punya sejarah panjang. Sebagai tangan kanan, Sjam amat dipercaya oleh Aidit. Tapi ia tidak tahu laporan Sjam kerap tidak akurat. Para perwira G30S siap melaksanakan rencana karena berpikir Aidit menghendaki hal itu.
Di lain sisi, DN Aidit meneruskan rencana karena mengira para perwir telah siap. Karena tidak terbuka pada kedua pihak, Sjam Kamaruzaman memindahkan nasib G30S ke tangannya sendiri dan menahbiskan diri menjadi tokoh pusat gerakan itu. Akhirnya, G30S pun berujung kacau balau.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Struktur Pasukan dan Komando G30S di Bawah Pimpinan Letkol Untung