Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ingat THR Harusnya Ingat Soekiman Wirjosandjojo, Penggagas Tunjangan Hari Raya Pertama

image-gnews
Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia ke-6. Wikipedia
Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia ke-6. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Istilah Tunjangan Hari Raya atau THR acap terdengar saat menjelang Lebaran atau Natal. Konsep pemberian uang bonus atau pesangon hari raya kepada karyawan ini ternyata telah ada sejak awal 1950. Pencetusnya adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia dari Partai Masyumi.

Lantas siapakah sosok Soekiman Wirjosandjojo dan bagaimana lahirnya sebutan THR?

Profil Soekiman Wirjosandjojo

Dalam sejarah Indonesia, Soekiman Wirjosandjojo sosok penting karena turut serta membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia dikenal sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-6 pada 27 April 1951 hingga 3 April 1952 dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo. Selain itu, namanya juga tercatat dalam sejarah berdirinya Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta.

Soekiman Wirjosandjojo lahir di Surakarta pada 19 Juni 1898. Dia merupakan anak bungsu alias terakhir dari empat bersaudara. Keluarga Seokiman termasuk kalangan berada dan terpandang. Mereka merupakan penganut agama Islam yang taat. Apalagi ibunya diketahui merupakan sosok pendakwah di kampung halamannya.

Soekiman kecil menempuh pendidikan dasar di Boyolali, tepatnya di Europeesche Lagere School. Selepas lulus, dia melanjutkan pendidikan masa remajanya di STOVIA Jakarta. Dia mendapatkan gelar dokter setelah menempuh studi di Universitas Amsterdam, Belanda untuk mempelajari penyakit dalam.

Sebelum melanjutkan studi di Belanda, Soekiman menikah dengan Kustami, putri dari Dr. Keramat. Setelah menikah, Soekiman memutuskan pindah ke Yogyakarta sebagai tempat memulai kehidupan berkeluarga dengan istrinya. Soekiman sempat bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Awal terjun politik

Era pendudukan Jepang menjadi awal Soekiman terjun ke dunia. Dilansir dari laman Litbang Kementerian Dalam Negeri, Soekirman memutuskan berjuang bersama umat Islam lainnya untuk mencapai kemerdekaan Indonesia melalui organisasi Masyumi. Soekiman juga tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Setelah itu, pada 31 Januari 1948, Soekiman masuk ke bagian susunan Kabinet Hatta pertama sebagai Menteri Dalam Negeri. Pada Kabinet Hatta kedua, Soekiman lalu diangkat sebagai Menteri Negara. Ketika Indonesia kembali ke negara kesatuan, dia terpilih sebagai Perdana Menteri Indonesia keenam pada 27 April 1951-25 Februari 1952 setelah jatuhnya Kabinet Natsir.

Namun, Soekiman harus dicopot dari jabatannya itu setelah mendapatkan mosi tidak percaya karena terungkapnya perjanjian keamanan yang dibuat olehnya bersama Amerika Serikat. Begitu tak lagi menjadi perdana menteri, Soekiman ditunjuk menjadi ketua Komite Aksi Pemilihan Umum Masyumi, yang bertugas mengatur kampanye Masyumi untuk Pemilu 1955.

Seteru dengan Sukarno

Setelah jatuhnya Kabinet Ali Sastroamidjojo I, Soekiman masih dipercaya oleh Wakil Presiden Pertama Mohammad Hatta menjadi formatur kabinet pada 29 Juli 1955 bersama Wilopo dan Assaat. Tetapi ketiga tokoh ini gagal membentuk kabinet dan mengembalikan mandat mereka pada 3 Agustus. Selain itu, Soekiman juga ditunjuk menjadi salah seorang anggota Konstituante.

Pada 1958, begitu Natsir beserta sejumlah pemimpin Masyumi lainnya turut serta dalam gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), Soekiman mencoba untuk melobi kepemimpinan Masyumi untuk mengutuk aksi Natsir dkk beserta PRRI. Meskipun begitu, sejumlah tokoh pro-Natsir seperti Prawoto Mangkusasmito masih aktif di dalam Masyumi, sehingga pernyataan resmi partai hanya menyebut PRRI melanggar konstitusi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kubu Prawoto menang mutlak dalam pemilihan kepemimpinan Masyumi pada kongres partai 1959, meskipun Soekiman mempertahankan jabatannya sebagai Wakil Ketua Umum. Presiden Pertama RI Sukarno menawarkan satu kursi dalam DPR-Gotong Royong yang dibentuk 1960 untuk Soekiman. Tetapi Soekiman menolak jabatan tersebut secara terbuka. Penolakan ini menyinggung Sukarno, dan kedua tokoh ini tidak lagi bertemu muka setelah itu.

Pensiun dari politik dan meninggal

Soekiman kemudian pensiun dari politik. Kemudian tokoh-tokoh Masyumi ditangkapi pada awal 1960-an. Namun, ketika itu Soekiman tidak ditahan. Dia tidak dianggap sebagai ancaman politik oleh pemerintahan. Begitu Soeharto naik menjadi presiden, Soekiman sempat mempertimbangkan membentuk partai Islam baru. Namun niatnya dikurung. Itu setelah ia berkonsultasi dengan tokoh pemerintahan Orde Baru.

Belasan tahun kemudian, Soekiman meninggal di Yogyakarta pada 23 Juli 1974 sekitar pukul 11.30 waktu setempat di rumahnya. Ia kebumikan keesokan harinya di Makam Taman Siswa di Yogyakarta. Sesuai permintaannya, Soekiman dikuburkan berdekatan dengan Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia. Ia meninggalkan tiga putra dan seorang putri.

Pada Agustus 2012, tiga tokoh nasional, termasuk Soekiman dijadikan nama gedung Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dia dan dua tokoh lainnya: Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Mohammad Yamin namanya diabadikan sebagai penghargaan atas jasa-jasa mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nama Soekiman jadi asma gedung Kedokteran.

“Nama Ki Bagoes untuk Gedung Olahraga, Soekiman untuk Gedung Fakultas Kedokteran, serta Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya, dan Yamin untuk Gedung Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII),” kata Rektor UII saat itu Edy Suandi Hamid saat peresmian pemberian nama gedung.

Lahirnya THR

Dilansir sptsk-spsi.org, lahirnya konsep THR di Indonesia bermula pada 1951. Pemberian duit bonus sat hari raya ini merupakan canangan Soekiman saat menjadi Perdana Menteri Indonesia ke-6 tersebut. THR dimaksudkan sebagai bentuk nyata program meningkatkan kesejahteraan para pegawai dan aparatur negara berupa tunjangan.

Kebijakan ini sempat menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, salah satunya dari buruh. Sejumlah aksi pun dilakukan oleh mereka sekaligus menuntut pemerintah supaya mengeluarkan kebijakan yang sama untuk perusahaan kepada para pekerjanya. Hal ini dilakukan sebab buruh merasa ikut serta berkontribusi bagi perekonomian nasional.

Akhirnya, pemerintah menerbitkan peraturan agar perusahaan bersedia memberikan THR kepada para karyawannya. Sejak saat itu, istilah THR populer di Indonesia. Terkini, aturan seluk-beluk THR dikawal dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, dengan salah satu isinya mengatur THR.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | NAOMY AYU NUGRAHENI | ANTARA

Pilihan Editor: Sejak Kapan THR Pertama di Indonesia, Apa Hubungannya dengan Soekiman Wirjosandjojo dan Partai Masyumi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

2 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP Puan Maharani (kiri), Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi Prananda Prabowo (kanan) yang juga anak-anaknya berpegangan tangan saat berfoto bersama dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2023. Rakernas III PDI Perjuangan itu menghasilkan 17 poin rekomendasi eksternal seperti visi-misi Capres-Cawapres dari PDIP, dan memerintahkan seluruh kader Partai menangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. TEMPO/M taufan Rengganis
54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

2 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.


Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

3 hari lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

3 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.


Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

5 hari lalu

Pendukung Prabowo-Gibran dan para pendukung Anies-Muhaimin terlibat bentrokan saat menggelar aksi di area Patung Kuda, Jakarta, 19 April 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.


49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

7 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.


Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

7 hari lalu

Sejumlah wisatawan mengunjungi anjungan Provinsi Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis 11 April 2024. Pengelola TMII menyebutkan sekitar 20.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut pada hari kedua Lebaran 2024 (data terakhir pukul 15.00 WIB) dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga Minggu (14/4) atau H+3 Lebaran.  ANTARA FOTO
Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.


Syarat dan Cara Daftar Akun SIAPkerja Kemnaker Berkonsep SSO

7 hari lalu

Sejumlah pencari kerja mengunjungi pameran bursa kerja Jakarta Job Fair di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta, Senin 18 September 2023. Sebanyak 40 perusahaan terkemuka dari berbagai bidang yang menyediakan lowongan bagi pelamar kerja ini berlangsung hingga 19 September 2023. Tempo/Tony Hartawan
Syarat dan Cara Daftar Akun SIAPkerja Kemnaker Berkonsep SSO

SIAPkerja merupakan sistem dan aplikasi pelayanan dan ketenagakerjaan digital yang dirilis Kemnaker dengan konsep SSO. Begini maksudnya.


Ramai Parkir Liar di Pamulang Square Rp 10 Ribu Plus THR: Pejabat Datang, Sekuriti Menghilang

8 hari lalu

Deretan motor terparkir pada parkiran liar di dekat pusat perbelanjaan, kawasan Kebon Kacang, Jakarta, Rabu, 7 Desember 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ramai Parkir Liar di Pamulang Square Rp 10 Ribu Plus THR: Pejabat Datang, Sekuriti Menghilang

Wakil Wali Kota Tangsel dan sejumlah pejabat mendatangi Pamulang Square untuk mengusut pungli parkir liar, tapi tak mampu menemui petugas sekuriti


PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

9 hari lalu

Musyawarah Nasional ke-6 Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII), menyepakati Akhmad Muqowam sebagai Ketua Umum dan Hanif Dhakiri sebagai Sekretaris Jenderal IKA PMII periode 2018-2023. | Istimewa
PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Ini alasan berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII pada 1960.