INFO JABAR — Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau Emil, menawarkan dua opsi yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi warga korban longsor di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Opsi pertama, warga tetap bisa tinggal di Desa Pasir Madang dengan syarat ada hasil kajian dari ahli geologi yang menyatakan bahwa desa tersebut aman untuk dijadikan lokasi hunian. Sedangkan opsi kedua adalah merelokasi warga ke tempat aman, berjarak sekitar 15 kilometer dari Desa Pasir Madang.
Emil mengaku sudah meninjau Kecamatan Cigudeg, calon lokasi untuk tempat relokasi warga korban longsor tersebut sebelum tiba di pengungsian. “Opsi kedua, sebenarnya lebih kami sukai, karena memindahkan (relokasi) tidak terpencar-pencar, langsung semuanya di lokasi yang sama,” ucap Emil saat meninjau lokasi bencana, Selasa, 28 Januari 2020.
Emil berharap warga segera memutuskan opsi tersebut sehingga di awal Februari bisa dilakukan pembangunan tempat relokasi. Pemerintah akan menjamin warga yang direlokasi, baik dari sisi hunian maupun mata pencaharian.
Bagi warga yang daerahnya masih memungkinkan untuk dijadikan hunian, pemerintah akan memberikan bantuan berdasarkan tingkat kerusakan rumahnya, baik itu rusak ringan, sedang, maupun berat. “Tetapi yang lokasinya betul-betul tidak memungkinkan atau rawan longsor, maka kita akan relokasi,” ujarnya.
Ada 15 titik yang akan dijadikan tempat relokasi di Kabupaten Bogor termasuk warga Pasir Madang. Antara lain, di tanah PTPN VIII Cikasungka dan tanah milik warga. Total kebutuhan lahan relokasi mencapai 81,7 hektare.
Sementara itu, Kepala Desa Pasir Madang Encep Sunarya mengatakan, hingga kini ada 10 posko penanganan bencana di desanya. Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Pasir Madang mencapai 1.354 KK dengan jumlah penduduk mencapai 4.800 jiwa. Adapun warga yang terdampak dan terkena longsor mencapai 540 KK.
Menanggapi opsi yang ditawarkan, menurut Encep pihaknya akan berkoordinasi dulu dengan warga. Tapi warga lebih suka tetap tinggal di lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal semula karena terkait sejarah dan budaya.
“Kami tunggu hasil dari ahli geologi seberapa rentan tingkat bencana yang ada di Desa Pasir Madang,” kata Encep. (*)