TEMPO.CO, Jakarta - Kubu Airlangga Hartarto dan kubu Bambang Soesatyo saling tuding ingkar janji menjelang pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar Desember. Menurut kubu Airlangga, Bamsoet lah yang mengingkari janji untuk berkomitmen tidak maju sebagai calon ketua umum Golkar setelah ditunjuk menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
"Kesepakatannya, Pak Bamsoet tidak akan maju menjadi Caketum Partai Golkar jika sudah ditugaskan sebagai Ketua MPR RI. Itu yang harus digarisbawahi," ujar Ace Hasan Syadzily, salah satu tim sukses Airlangga di Munas, saat dihubungi Tempo pada Kamis, 21 November 2019.
Sementara menurut kubu Bamsoet, Airlangga lah yang tidak memenuhi janji mengakomodir para pendukung Bamsoet dalam susunan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) di DPR RI.
"Ada agreement antara mereka berdua, tapi apa yang terjadi? Persyaratan yang diajukan Bamsoet tidak satu pun yang dilaksanakan," kata Ahmadi Noor Supit saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta pada Rabu, 20 November 2019.
Menurut Supit, ketika komitmen sudah dilanggar Airlangga, maka Bamsoet juga tidak patut menjalankan persyaratan yang diminta Airlangga. "Apabila ada persyaratan dari sebuah komitmen yang dilanggar, komitmen jadi tidak berlaku, enggak boleh sepihak dong," ujar Supit.
Menurut Supit, tindakan Airlangga ini yang memantik kubunya tidak ingin berdamai. Untuk itulah, Supit mengusulkan pemilihan ketua umum Golkar dilakukan dengan voting. Bamsoet, ujar dia, dipastikan akan maju melawan Airlangga. "Maju pasti, tapi kalau deklarasi secara seremonial memang belum," ujar Supit.
Bakal calon ketua umum Golkar lainnya, Indra Bambang Utoyo menilai tindakan dua kubu yang saling tuding ini berpotensi membuat Golkar pecah lagi. "Airlangga merasa Bamsoet ingkar dari komitmen, tapi Bamsoet juga merasa Airlangga ingkar dari komitmen mereka. Gak tahu siapa yang benar," ujar Indra saat dihubungi terpisah.