TEMPO.CO, Jakarta-Politikus PDIP Andreas Pareira mengomentari balik sindiran-sindiran Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dalam kongres partai tersebut kemarin malam, Jumat, 8 November 2019. Terutama, sindiran terhadap partai pancasilais yang selama ini lekat dengan PDIP.
Menurut Andreas, reaksi Surya Paloh keluar akibat sindiran Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal kemesraan pelukan antara pengusaha media itu dan Presiden PKS Sohibul Iman. Namun, reaksi tersebut dianggap terlalu emosional karena membawa diskursus seolah persoalan “pelukan” ini masuk dalam wilayah ideologis partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Andreas tak terima jika PDIP dibawa-bawa dalam perkara ini. "Tuduhan SP (Surya Paloh) soal partai pancasilais terlalu emosional dan sama sekali tidak bermakna ideologis. Enggak ada kaitan dengan pancasilais atau tidak pancasilais," ujar Andreas.
PDIP, ujar Andreas, melihat manuver Surya Paloh yang merangkul Sohibul, tidak ada kaitan ideologis karena dianggap sebagai manuver untuk kepentingan mengatur langkah dan mencari teman menuju 2024. "Sehingga, meskipun hubungan antar-elite partai dinamis, tetapi soliditas koalisi tetap terjaga," ujar Andreas.
Akhir-akhir ini NasDem dituding melakukan politik zigzag dengan partai di luar koalisi. Spekulasi ini mencapai puncak ketika Surya Paloh bertemu dengan Presiden PKS Sohibul Iman pada Rabu, 30 Oktober 2019. Usai bertemu keduanya mengekspresikan kedekatannya dengan berangkulan.
Presiden Jokowi mengaku cemburu dengan kemesraan Surya dan Sohibul. "Saya tidak tahu maknanya tapi rangkulannya tidak biasa. Tidak pernah saya dirangkul seperti itu," ujar mantan gubernur DKI Jakarta ini saat memberikan sambutan dalam acara perayaan HUT Partai Golkar di The Sultan Hotel, Jakarta, Rabu malam, 6 November 2019.
Saat berpidato di Kongres NasDem, Paloh membalas sindiran tersebut. "Kita berkunjung ke kawan pun, dicurigai kita, ini bangsa model apa seperti ini. Tingkat diskursus politik yang paling picisan di negeri ini. Hubungan rangkulan, tali silahturahmi pun dimaknai dengan berbagai macam tafsir dan kecurigaan," ujar Paloh.
Selain itu, Paloh juga menyebut partai-partai yang penuh dengan kecurigaan tak patut menamakan diri sebagai partai pancasilais. "Jadi, yang ngakunya partai nasionalis, partai pancasilais, eh buktikan aja. Rakyat membutuhkan pembuktian. Kalau partai masih sinis, propaganda kosong, mengajak berkelahi satu sama lain. Ah, pasti bukan pancasilais itu," ujar Paloh.