INFO NASIONAL — Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memberi perhatian serius pada pembangunan sumber daya manusia generasi mendatang. Kecukupan gizi pada anak sekolah menjadi faktor penting yang mempengaruhi kemampuan belajar. Atas dasar itu, pemprov menyediakan makanan tambahan bagi anak sekolah melalui program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) yang diberikan setiap hari sekolah Senin hingga Jumat.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan pelaksanaan program PMTAS bertujuan agar anak-anak sejak usia dini mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi tinggi. “Sehingga, pertumbuhan jasmani dan intelektualitasnya diharapkan tumbuh dengan baik,” ujarnya saat mengunjungi sekolah dasar penerima program PMTAS beberapa waktu silam.
Ada 29 varian menu yang disediakan oleh program PMTAS antara lain nasi goreng, telur, sayur sop daging, sandwich telur, roti, jeruk, susu UHT, dan lain-lain. Harga paket makanan senilai Rp 10.890 per anak .
“Sekolah atau komite bebas memilih menu sesuai dengan kemampuan komite dalam menyediakan menu-menu tersebut,” kata Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Ida Nurbani.
Pelaksanaan program ini mengacu pada Pergub Nomor 9 tahun 2018 tentang Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah pada Satuan Pendidikan. Dengan anggaran sebesar Rp 324 miliar, program ini di 2019 telah dirasakan oleh 144.722 peserta didik.
Sejak diluncurkan tahun lalu, 459 sekolah menerima program PMTAS. Sekolah yang tersebar di 53 kelurahan tersebut terdiri atas 25 sekolah taman kanak-kanak (TK), 375 sekolah dasar (SD) negeri, dan sembilan sekolah luar biasa (SLB). Ditinjau persebarannya, SDN dalam program PMTAS berada di Jakarta Utara (54), Jakarta Barat (134), Jakarta Pusat (52), Jakarta Timur (61), Jakarta Selatan (71), dan Kepulauan Seribu (3).
Kristina (39), orang tua siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Johar Baru, Jakarta Pusat, menyambut baik program penyediaan makanan tambahan ini. “Ini bagus, untuk kelengkapan gizi anak. Begini, kadang kalau di rumah disediakan makanan, kerap tidak dimakan oleh anak-anak. Nah, berbeda kalau di sekolah, itu biasanya pasti dimakan. Mungkin karena makan bersama teman-teman juga,” ujar Kristina. (*)