TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief mengatakan kemunculan Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jenderal (purnawirawan) Kivlan Zen dalam berbagai aksi membela Prabowo Subianto belakangan ini, tak lain untuk mendapatkan perhatian calon presiden nomor urut 02 itu. Tujuannya, katan Andi, agar Kivlan bisa kembali membuat bisnis massa demonstrasi.
Baca: Kivlan Zen Serang SBY, Politikus Demokrat: Jangan Menuding-nuding
“Kivlan enggak peduli dengan berapa besar jatuh korban. Secara umum, Pak Kivlan tentara yang kurang mengerti taktik dan strategi dalam periode demokrasi sipil,” ujar Andi saat dihubungi Tempo pada Jumat, 10 Mei 2019.
Pernyataan Andi Arief ini mencuat setelah Kivlan Zen menuding Andi Arief merupakan setan gundul. "Justru dia yang setan gundul. Andi Arief itu setan gundul, dia yang setan. Masak kita dibilang setan gundul. Orang Demokrat nggak jelas kelaminnya. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) nggak jelas kelaminnya, dia mau mencopot Prabowo supaya jangan jadi calon presiden dengan gayanya segala macam," kata Kivlan.
Simak: Kivlan Zen Unjuk Rasa ke Bawaslu, Tuding Balik Andi Arief Setan Gundul
Andi kemudian mengungkit cerita bisnis Kivlan Zen pada 1998 lalu. Andi menyebut, pada 1998, Kivlan menjadi komandan bisnis Pam Swakarsa atau Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa, sebutan untuk kelompok sipil bersenjata tajam yang dibentuk oleh TNI untuk membendung aksi mahasiswa sekaligus mendukung Sidang Istimewa MPR (SI MPR) tahun 1998, yang berakhir dengan Tragedi Semanggi.
“Pam swakarsa telah membawa korban rakyat cukup banyak dimana masa pro demokrasi diadu dengan Pam swakarsa. Rakyat puluhan tewas, Pak Kivlan mendapat untung dari bisnisnya,” ujar Andi Arief saat dihubungi pada Jumat, 10 Mei 2019.
Baca juga: Pernyataan Lengkap Kivlan Zen Sindir SBY Jenderal Licik
Pada 2019 ini, Andi menilai Kivlan melakukan hal serupa, dengan menjadi salah satu motor penggerak aksi unjuk rasa menuntut penyelenggara pemilu mendiskualifikasi pasangan calon nomor 01 Joko Widodo alias Jokowi - Ma'ruf di Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu. Kivlan dituding mengalap rezeki dari aksi tersebut.
Cerita ketika menjadi Komandan Pam Swakarsa pernah diungkit sendiri oleh Kivlan pada Februari lalu. Dia sempat mengaku belum menerima uang dari Jenderal (purn) Wiranto yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI untuk biaya Pam Swakarsa. "Beliau itu tak menyerahkan ke saya pembiayaan itu loh. Masa saya disuruh bekerja tanpa biaya kan gitu loh," kata Kivlan di Gedung Ad Premiere, Jakarta Selatan, Senin, 25 Februari 2019.
Kivlan menuturkan, Wiranto ketika itu menginstruksikan pengamanan sidang istimewa MPR. Lantaran militer tak bisa berhadapan dengan tentara, kata dia, maka dibentuklah Pam Swakarsa sehingga bentrokan terjadi antara massa dengan massa. Menurut Kivlan, Wiranto telah menerima uang untuk pembiayaan Pam Swakarsa itu dari Badan Urusan Logistik (Bulog) senilai Rp 10 miliar.
Simak: Kivlan Zen Sebut SBY Licik, Demokrat Angkat Bicara
Dia berujar, Wiranto mengakui menerima uang itu. "Dia menerima sepuluh miliar dari Bulog, pengakuan dia pada sidangnya Akbar Tanjung. Dia ngaku untuk Pam Swakarsa. Tapi kenapa Pam Swakarsa enggak dikasih ke saya," ujar Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini.
Dalam beberapa kesempatan, Wiranto membantah menggunakan dana nonbujeter Bulog Rp 10 miliar untuk mendanai pasukan pengamanan swakarsa (PAM Swakarsa), seperti yang dituduhkan selama ini. “PAM swakarsa itu kan pengamanan swakarsa dari masyarakat sendiri. Itu tidak ada biayanya. Jadi dana itu bukan untuk PAM swakarsa,” kata Wiranto.
Simak juga: Kivlan Zen Dilaporkan Makar, Kubu Jokowi: Kami Bisa Memaklumi
Menurut Wiranto dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan taktis pengamanan agenda reformasi. Namun Wiranto tidak menjelaskan wujud kegiatan taktis operasional itu seperti apa. Dia hanya menjelaskan pengamanan agenda rerformasi yang ditetapkan itu antara lain untuk pelaksanaan Sidang Istimewa (SI), Sidang Umum (SU) dan pemilu.