TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian tengah memburu pimpinan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah atau JAD jaringan Bandung berinisial A. A merupakan pimpinan kelompok dari WP, terduga teroris yang ditangkap kepolisian di Desa Bojongmalaka, Baleendah, Bandung pada 28 Maret 2019.
Baca juga: Polisi: Anggota JAD Abu Hilwa Punya Peran Penting di Jawa Tengah
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan kelompok JAD Bandung diduga terlibat dalam sejumlah aksi teror. Salah satunya teror bom bunuh diri di Surabaya dan Solo. Dalam aksi teror tersebut, gereja dan kantor polisi menjadi sasaran serangan bom bunuh diri.
Teror bom di Surabaya terjadi pada Ahad 13 Mei 2018. Dita Oepriato bersama istri dan keempat anaknya melakukan serangkaian aksi teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Aksi teror itu menyebabkan belasan korban tewas dan melukai puluhan korban lainnya.
Selain keluarga Dita, aksi teror juga dilakukan keluarga Tri Murtiono. Bersama istri dan ketiga anaknya--satu anaknya selamat--menyerang Markas Polrestabes Surabaya pada esok harinya. Bom juga meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.
“Salah satunya masih terkait masalah bom Surabaya, kemudian yang dilakukan di Solo,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, di kantornya, Jakarta, Selasa, 02 April 2019.
Dedi mengatakan, A membawahi sekitar 8 orang anggota dengan tugas yang berbeda-beda antara penyandang dan pencari dana. WP diduga merupakan kaki tangan kelompok JAD ini. Untuk mendanai aksinya, kelompok ini diduga berencana merampok mobil pengangkut uang ATM.
Baca juga: Teroris JAD Temanggung Diduga Terlibat Rencana Teror ke Polisi
Dedi mengatakan kelompok ini memiliki rencana melakukan aksi teror dengan target aparat keamanan. Aparat keamanan menjadi target karena akan mempengaruhi situasi keamanan secara keseluruhan. Dia menuturkan kepolisian telah mengidentifikasi kebaradaan A. Dia diduga masih berada di Pulau Jawa.