TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menanggapi pernyataan blak-blakan eks kader Gerindra La Nyalla yang mengakui pernah menyebarkan Tabloid Obor Rakyat untuk memfitnah Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada pemilihan presiden 2014 silam.
Menurut Arief, seharusnya La Nyalla ditangkap atas pengakuannya itu. "Redaksi Obor Rakyat sudah divonis bersalah. Harusnya La Nyalla ditangkap," ujar Arief saat dihubungi Tempo pada Selasa malam, 11 Desember 2018.
Baca : La Nyalla: Potong Leher Saya Kalau Prabowo Menang di Madura
Arief mengatakan, gaya kampanye dengan Obor Rakyat bukan sama sekali gaya seorang Prabowo Subianto, justru Arief menilai sikap mantan ketua umum PSSI itu yang menyebabkan kekalahan Prabowo-Hatta di pilpres 2014. "Akibat La Nyalla yang membuat kampanye hoax, akhinya Jokowi-JK dapat simpati masyarakat dari Obor Rakyat itu," ujar dia.
Senada dengan Arief, Politikus Gerindra Nizar Zahro mengatakan, jika La Nyalla mengakui berperan aktif dalam kasus Obor Rakyat, berarti La Nyalla juga harus bertanggung jawab secara hukum.
"Kalau dirinya menyerahkan diri ke pihak kepolisian, baru saya salut. Kalau hanya koar-koar di media, sungguh itu sikap kekanak-kanakan," ujar Nizar.
Obor Rakyat terbit pertama kali pada Mei 2014 dengan judul 'Capres Boneka' dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Megawati Soekarnoputri. Obor Rakyat menyebut Jokowi sebagai keturunan Tionghoa dan kaki tangan asing. Dalam waktu singkat tabloid ini menghebohkan masyarakat pada masa itu.
Pada 4 Juni 2014, tim pemenangan capres dan cawapres Jokowi-JK melaporkan tabloid itu ke Badan Pengawas Pemilu. Bawaslu menjadikan tabloid itu sebagai bukti, dan melimpahkannya ke Bareskrim Mabes Polri.
Simak pula :
JK Sebut Opsi Dialog dengan Gerakan Separatis Papua Tertutup
Dalam prosesnya, Tim Tabur atau Tangkap Buron Kejaksaan berhasil menangkap pemimpin redaksi dan penulis tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyosa.
Adapun La Nyalla sendiri blak-blakan mengaku bahwa dirinya yang menyebarkan Tabloid Obor Rakyat di Jawa Timur. Mantan Ketua Umum PSSI itu mengaku telah meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi atas perbuatannya tersebut.