TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sekitar 5.000 orang diduga hilang akibat likuefaksi di kawasan perumahan Petobo dan Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Jumlah itu didapat berdasarkan laporan dari kepala desa di kedua kawasan tersebut.
Baca: Begini Kendala Tim SAR Evakuasi Korban di Petobo
"Berdasarkan laporan Kepala Desa Balaroa dan Petobo, terdapat sekitar 5.000 orang yang belum ditemukan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di kantornya, Jakarta, Ahad, 2 Oktober 2018.
Menurut Sutopo, kedua daerah itu mengalami likuefaksi pada saat gempa 7,4 skala richter mengguncang kawasan Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018. Likuefaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa.
Sutopo menyebutkan total rumah rusak di daerah Balaroa akibat likuefaksi berjumlah 1.045 unit. Sementara, jumlah rumah yang terdampak likeufaksi di kawasan Petobo 2.050 unit. "Pemukiman di sana tepat berada di jalur sesar gempa," kata dia.
Baca: Cerita Petobo, Kampung yang Hilang Ditelan Lumpur Saat Gempa Palu
Namun, menurut Sutopo pihaknya masih terus melakukan verifikasi mengenai jumlah korban yang hilang akibat fenomena itu, sebab tak menutup kemungkinan laporan itu keliru. "Karena bisa saja ada penduduk yang mengungsi ke daerah lain, namun dianggap hilang," kata dia.
Sembari melakukan verifikasi data korban, Sutopo mengatakan timnya terus melakukan upaya evakuasi di dua kawasan tersebut. Dia menargetkan upaya evakuasi dapat selesai pada 11 Oktober 2018. "Bila korban tak ditemukan maka akan dinyatakan hilang," kata dia.