TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan lumpur di kawasan terdampak gempa dan tsunami sekitar Sulawesi Tengah telah mengering. Lumpur ini mulai kering pada hari kedelapan pasca-bencana melanda Palu dan Donggala pada 28 September lalu.
Baca: Pemerintah Terima Bantuan Asing Rp 220 Miliar untuk Gempa Palu
"Lumpur kering tentunya memudahkan kami mengevakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan," kata Sutopo di kantornya, Jalan Pramuka, Jakarta, Sabtu, 6 Oktober 2018. Tidak hanya membantu proses evakuasi korban yang terjepit puing bangunan, menurut Sutopo, keadaan ini akan menggampangkan tim mencari orang hilang yang tertimbun longsor.
Dalam keadaan tanah mengeras, tim evakuasi mulai leluasa mengoperasikan sejumlah alat berat. Saat ini, ada 51 alat berat diterjunkan. Sebanyak 39 alat berat dioperasikan di Palu, sedangkan 12 lainnya di Donggala.
Sebelumnya, tim gabungan kesulitan menggunakan alat berat untuk memgevakuasi korban. Musababnya, longsor dan tanah berlumpur membuat mesin itu tidak beroperasi maksimal. Karenanya, evakuasi pun dilakukan secara manual di beberapa kantong wilayah yang terdampak gempa.
Baca: Konser kemanusiaan untuk Palu, 10 Jam Terkumpul Rp 17,8 M
Sutopo optimistis, dengan kondisi seperti saat ini, proses evakuasi semakin cepat.
Apalagi personel bantuan makin bertambah. BNPN mendata, pemerintah telah dibantu oleh 8.223 personel untuk mengevakuasi korban. Sebanyak 6.338 di antaranya berasal dari anggota militer, 1.560 orang dari sipil, dan 325 merupakan personel luar negeri.
"Tidak akan seberat hari-hari sebelumnya," kata Sutopo. Ia mengenang, proses evakuasi oleh tim lapangan yang paling berat dirasakan sesaat setelah gempa terjadi. Hari kedua dan ketiga, misalnya. Saat itu, kondisi tanah masih basah. Bangunan runtuh pun telah bercampur dengan lumpur sehingga menyulitkan tim untuk terjun dengan alat.