TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang atau TGB Muhammad Zainul Majdi meminta bencana gempa Lombok yang terjadi di daerahnya tidak dikaitkan dengan dukungannya kepada Joko Widodo atau Jokowi dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019. "Gempa itu kemanusiaan, enggak usah dipolitisasi," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 10 Agustus 2018.
Baca juga: Pemerintah Putuskan Gempa Lombok Bukan Bencana Nasional
Menurut TGB, jika ada pihak yang mengaitkan gempa dengan sikap politiknya, hal itu menandakan pelakunya memiliki keimanan yang cacat. Alasannya, segala yang terjadi di dunia ini adalah ketetapan Tuhan.
"Itu menunjukkan kecacatan dalam keimanan karena semua takdir, baik atau buruk, itu ketetapan Allah. Jadi repot juga kalau mengukur bahwa suatu musibah itu tanda Allah marah," tuturnya.
TGB menanggapi banyaknya tudingan di media sosial bahwa gempa Lombok berkaitan dengan pilihan politiknya, yang mendukung Jokowi dalam pilpres 2019.
Menurut dia, semua fenomena alam yang terjadi bisa dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan penjelasan dari kacamata agamanya adalah takdir dari Tuhan.
"Dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, ya, untuk menjadi pelajaran bagi kita semua, untuk memperbanyak syukur, memperbanyak sabar, dan semakin mendekat pada Allah," ujarnya.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Lombok Bertambah Hampir Dua Kali Lipat
Gempa Lombok berkekuatan 7 skala Richter (SR) terjadi pada Ahad, 5 Agustus 2018, disusul dengan ratusan gempa susulan hingga Kamis, 9 Agustus lalu. Gempa susulan itu berkekuatan cukup besar, yaitu 6,2 SR.
Hingga saat ini, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 321 orang meninggal akibat gempa Lombok. Adapun jumlah pengungsi 270.168 jiwa.