TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi atau PVMBG M Arifin Joko Pradipto mengatakan gempa Lombok yang terjadi Ahad, 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7 skala Richter, terhitung yang terbesar jika mengacu pada katalog gempa merusak di zona subduksi Flores Back Arc sejak tahun 1612 sampai 2014. “Ini yang terbesar,” kata dia.
PVMBG mencatat ada tiga gempa merusak yang bersumber dari zona subduksi Flores Back Arc itu. Gempa Lombok pertama terjadi pada 30 Mei 1979 pukul 16:23:33, dengan pusat gempa 8,2 LS-115,9 BT berkekuatan 6,1 kedalaman 25 kilometer. Goncangan gempa tercatat VIII-IX MMI mengakibatkan 29 luka berat, 98 luka ringan, 295 rumah penduduk rusak berat, 89 sarana ibadah rusak tersebar di Tanjung, Bayan, Ganga, Cakranegara, Narmada, serta Kediri.
Baca:
PVMBG: Sumber Dua Gempa Lombok Berada di Zona yang Sama
Mengapa Gempa Lombok Terjadi Terus-terusan? Ini Penjelasan PVMBG
Peristiwa kedua terjadi d Lombok Barat pada 20 Januari 2004 pukul 04:59:30 WITA dengan pusat gempa 8,4 LS-115,95 BT dengan kekuatan gempa 6,2 Skala Richter kedalaman 33 kilometer. Skala goncangan gempa tercatat VI MMI mengakibatkan 32 orang luka, 2.224 rumah warga rusak, 24 masjid serta 7 sekolah rusak. Areal kerusakan tersebar di Mataram, Singkur, Motong Gading, Pemenang, Sekotong, Selagalas, dan Batukliang.
Gempa ketiga terjadi Lombok Utara pada 22 Juni 2013 dengan pusat gempa 8,43 LS-116,04 BT kekautan gempa 5,4 Skala Richter kedalaman 10 kilometer. Skala goncangan gempa tercatat V MMI mengakibatkan 30 orang luka, 5.286 rumah rusak tersebar di Ganga, Tanjung, dan Pemenang.
Baca: 358 Orang Dievakuasi dari Pulau Gili Trawangan
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan gempa Lombok yang berselang sepekan yakni 29 Juli 2018 dan 5 Agustus 2018 berasal dari zona yang sama. “Gempa-gempa ini berada dalam zona yang sama, zona Flores Back Arc Thsrust,” kata dia di kantornya, di Bandung, Senin, 6 Agustus 2018.
Zona subduksi atau thrust memanjang di utara Pulau Lombok hingga Flores. Panjangnya jauh lebih pendek dari zona subduksi di bagian selatan jajaran pulau-pulau itu, yakni zona subduksi akibat pertemuan lempeng benua yang memanjang sejak dari Aceh, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, hingga Pulau Timor. “Zona ini adalah busur vulkanik di sepanjang pulau-pulau itu, ada hunjaman.”
Simak:
Pasca- Gempa Lombok, Terjadi 132 Kali Guncangan Susulan
Gempa Lombok, Ini Kendala Penanganan dan Kebutuhan Mendesak
Kasbani mengatakan dua gempa Lombok berikut gempa susulannya berasal dari kelompok sesar di busur Flores. Kelompok-kelompok sesar naik, arah sudutnya naik dari selatan (dari utara menghunjam ke bawah). “Thrust (subduksi) itu di zona ini.” Gempa inilah yang menyebabkan kerusakan, karena paling dekat dengan lokasi gempa.