TEMPO.CO, Jember - Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, murid Taman Kanak-Kanak Anggrek di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menulis pesan untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Pesan dalam tulisan kertas itu dikaitkan pada sebuah balon yang dilepas ke udara.
Baca: Hari Anak Nasional, Momentum Evaluasi Perlindungan Hak Anak
"Pesan itu ditulis dalam secarik kertas karton warna-warni yang dikaitkan ke balon melalui benang dan pesan itu berisi cita-cita mereka ingin memajukan Indonesia," kata Kepala Taman Kanak-Kanak Anggrek Siti Nurhasanah di Jember, Senin, 23 Juli 2018.
Berikut isi pesan yang ditulis siswa dengan bantuan gurunya. "Untuk Bapak Jokowi, kami ingin maju bersama demi Indonesia yang semakin baik lagi. Tertanda dari kami penerus bangsa, TK Anggrek Ajung".
Menurut Siti, pelepasan balon ke udara merupakan simbol cita-cita anak yang tinggi. Balon yang ringan dan bisa terbang juga menunjukkan bagaimana anak-anak dalam belajar tidak merasa berat. "Kami berharap pikiran anak-anak selalu ringan, baik ringan untuk belajar maupun selalu belajar dalam menggapai cita-cita, sehingga apa yang diharapkan mereka bisa terwujud nantinya".
Salah satu murid TK Anggrek, Araya, mengaku senang bisa menuliskan cita-citanya supaya diketahui Presiden Jokowi. "Pesan itu bertuliskan untuk Bapak Jokowi, saya ingin jadi dokter. Kami ingin maju bersama demi Indonesia yang semakin baik lagi. Dari kami penerus bangsa, TK Anggrek Ajung," ujar Araya seperti dikutip dari Antara.
Baca: Pesan Penting Menteri Yohana Yambise di Hari Anak Nasional 2018
Puncak peringatan Hari Anak Nasional berlangsung Pasuruan, Jawa Timur. Namun, acara serupa digelar di berbagai kota. Di Ambon, misalnya, Hari Anak ditandai oleh pemberian remisi kepada 6 dari 8 anak di Lembaga Pemasyarakatan Ambon. Mereka mendapat pengurangan hukuman, yang disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku,Tholib.
Dari Jakarta, Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mencatat masih banyak kasus kekerasan yang dialami anak di lingkungan pendidikan, seperti kekerasan seksual, fisik, dan psikis yang dilakukan oleh pendidik maupun sesama siswa di sekolah.
"Paling banyak laporan kekerasan fisik di jenjang SD dan SMA. Adapun laporan kekerasan seksual yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik terbanyak terjadi di jenjang SD dan SMP," kata Komisioner KPAI, Retno Listyarti, dalam siaran tertulisnya, Senin, 23 Juli 2018.
Menurut Retno, terjadi perubahan tren korban kekerasan seksual di pendidikan. Sebelumnya, kata dia, anak perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan seksual. Namun tahun ini, anak laki-laki lebih rentan menjadi korban.
Misalnya, Retno menyebutkan, kekerasan seksual yang dilakukan guru di salah satu SMP di Jakarta dengan jumlah korban mencapai 16 siswa atau anak laki-laki. Kemudian di Kabupaten Tangeran korbannya 41 siswa, di Kota Surabaya korbannya 65 siswa, di Depok korbannya 12 siswa.
Sementara anak perempuan menjadi korban kekerasan seksual di salah satu SMP di Jombang sebanyak 25 siswi, dan pesantren di Bandung Barat sebanyak 7 siswi. "Data tersebut menunjukkan anak laki-laki lebih banyak menjadi korban kekerasan seksual oleh oknum guru," ujarnya.
Pada Hari Anak Nasional ini, Retno pun merekomendasikan agar sosialisasi dan pelatihan Konvensi Hak Hak Anak wajib dilakukan pemerintah daerah terhadap sekolah dan para guru. Tujuannya, mereka dapat menghargai hak-hak anak, melindungi anak-anak dari berbagai kekerasan di lingkungan sekolah dan membangun sekolah ramah anak.