TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat yakin poros ketiga akan terbentuk untuk menghadapi pemilihan presiden atau Pilpres 2019 seiring perpecahan di kubu-kubu yang sudah ada. “Koalisi berpotensi pecah jika ada perbedaan pendapat ihwal figur calon wakil presiden, baik di kubu Jokowi atau Prabowo,” kata Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, Ahad, 1 Juli 2019.
Pendapat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Jazilul Fawaid senada. Masing-masing partai yang tergabung dalam koalisi memiliki agenda. Poros ketiga bisa muncul karena tidak terserapnya apsirasi partai.
Baca:
Ketua PPP Tak Yakin Poros Pengusung JK di Pilpres Terbentuk
Amien Rais Sebut Poros Ketiga di Pilpres 2019 ...
“Jika mekanisme menyerap dan menyimpulkan berbagai aspirasi partai-partai itu tidak ketemu, ya itu yang saya katakan tadi (ada poros ketiga)," ujar Jazilul, Ketua Fraksi PKB di Dewan Perwakilan Rakyat ini.
Pandangan PKB ihwal poros ketiga ini berbeda dengan partai koalisi pengusung Jokowi. PPP, misalnya, beranggapan poros ketiga sulit terbentuk karena adanya syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold). Ketua Umum PPP Muhammad Romuharmuziy berpendapat, partai-partai yang saat ini belum berkoalisi pada akhirnya akan merapat ke Jokowi atau Prabowo.
Baca:
Menunggu Takdir dan Keajaiban Poros Ketiga di ...
Andi Mallarangeng: Poros Ketiga Ideal untuk ...
Jazilul menyebut poros ketiga itu akan sebagai poros kejutan. Wacana poros ketiga dimunculkan oleh Partai Demokrat.
Sejumlah politikus Partai Demokrat mengungkapkan adanya keinginan membentuk poros baru atau poros ketiga dan mengusung kandidat selain Jokowi dan Prabowo. Nama yang belakangan kerap disinggung adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla berpasangan dengan Komandan Satuan Tugas Bersama Agus Harimurti Yudhoyono.