TEMPO.CO, Jakarta -Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid bercerita ihwal perjuangan ibunya Sinta Nuriyah. Majalah TIME baru saja menobatkan Sinta sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia 2018.
"Perjuangan ibu bukannya tanpa tantangan," kata Yenny Wahid saat dihubungi, Sabtu, 21 April 2018.
Time menobatkan istri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu sebagai sosok yang mewakili ikon pluralisme dan toleransi. Yenny mengatakan selama ini ibunya terus berjuang meneruskan cita-cita Gus Dur agar tercipta perdamaian dan toleransi di Indonesia.
BACA : Istri Gus Dur Masuk 100 Orang Paling Berpengaruh Versi Time
Yenny menyaksikan ibunya kerap menerima hinaan, bahkan perlawanan oleh kelompok intoleran.
"Namun semangat ibu tak goyah. Walaupun fisiknya lemah, mental ibu sekuat baja," kata Yenny.
Dalam situs Time, Mona Eltahawy menulis Sinta Nuriyah mengibaratkan keanekaragaman agama di Indonesia seperti sebuah taman bunga. "Ada Mawar, Melati, Anggrek, dan Asoka. Semua bunga itu indah. Tidak ada yang bisa memaksa Mawar menjadi Melati atau Anggrek menjadi Asoka," tulis Mona Eltahawy.
Baca: Shinta Wahid: Survei Ungkap Adanya Kebencian pada NonMuslim
Menurut Mona, Sinta mengibaratkan itu saat datang di sebuah bulan Ramadhan di Jawa Tengah, satu gereja Katolik dihadiri oleh orang beragama Hindu, Budha, Konghucu, dan Kristen.
Lebih lanjut Yenny bercerita, menjadi ironi di negeri ini, seorang yang duduk di kursi roda malah menjadi pelindung bagi mereka-mereka yang fisiknya mungkin lebih sempurna. Yenny mengatakan ibunya membela orang-orang yang teraniaya karena latar belakang ras dan agamanya.
Yenny senang karena kini dunia mengakui ketokohan dan perjuangan ibunya dan disandingkan dengan tokoh dunia, seperti dari Presiden Prancis sampai Putra Mahkota Saudi Arabia.
Baca: Acara Imlek,Warga Tionghoa Jombang Curhat pada Istri Gus Dur
Namun, namun menurut Yenny, Sinta biasanya tidak terlalu terpengaruh atas puja puji orang terhadapnya.
Yenny mengatakan ibunya tidak akan mengubah sikap yang sederhana dan apa adanya setelah pengakuan tersebut.
"Beliau tetap akan menjadi pribadi yang rendah hati, tetap akan rajin berpuasa tiap hari seperti yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun dan dzikir panjang berjam-jam, sepanjang malam," kata Yenny.
Yenny mengatakan kondisi ibunya saat ini baik. Pada 8 Maret 2018 usianya Sinta Nuriyah, genap 70 tahun.