TEMPO.CO, Jakarta- Mantan Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto ikut menanggapi mengenai penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Yogyakarta. Ia mengatakan bisa saja ada muatan politik di dalamnya.
"Mungkin saja, karena ini tahun politik," kata Ismail usai acara Indonesia Development Assistance di D Hotel, Jakarta pada Selasa, 13 Februari 2018.
Baca: Pemuda Misterius Sebelum Serangan Gereja Sleman
Ismail mengatakan seharusnya orang-orang yang memiliki kuasa dapat membendung permasalahan tersebut. "Yang punya kuasa harus firm betul, jangan malah memperkeruh," kata dia.
Penyerangan di Gereja St Lidwina terjadi pada Ahad, 11 Februari 2018 saat jemaat sedang melaksanakan ibadah misa. Empat orang mengalami luka, termasuk pastor Romo Prier yang memimpin ibadat. Bupati Sleman Sri Purnomo mengaku syok dengan kasus penyerangan tersebut.
Kepolisian pun telah menangkap pelaku atas nama Suliyono, kelahiran 16 Maret 1995. Ia merupakan mahasiswa dengan alamat Krajan RT 02 RW 01 Kandangan Pesanggrahan Banyuwangi, Jawa Timur. Pelaku melakukan penyerangan menggunakan sebilah pedang.
Baca: Penyerangan Gereja Sleman, Uskup Agung: Vatikan Pasti Tahu
Sejumlah kalangan mendesak pemerintah agar mengusut otak pelaku kekerasan bermodus penyerangan terhadap tokoh agama termasuk penyerangan di Gereja St Lidwina Sleman. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Yati Andriyani, mengatakan penyerangan terhadap tokoh agama tak bisa dipandang terpisah hanya dari setiap kasus yang muncul.
Menurut Yati, sejumlah kekerasan yang menimpa tokoh agama tidak bisa dilepaskan dengan situasi politik menjelang pemilihan kepala daerah serentak pada 27 Juni 2018 dan Pemilihan Umum 2019. Ia yakin ada otak di balik setiap kasus penyerangan terhadap sejumlah pemuka agama. "Dalam kontestasi pilkada pendukung akan menggunakan cara-cara bermuatan suku ras dan agama untuk memecah belah masyarakat di akar rumput," ujarnya.