TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Resor Sleman Yogyakarta Ajun Komisaris Besar M. Firman mengatakan polisi belum bisa mengungkap motif pelaku penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta pada Ahad 11 Februari 2018 pagi tadi.
Pelaku masuk ke dalam Gereja St Lidwina saat berlangsung misa pagi dengan membawa samurai. Lima orang terluka dalam peristiwa itu, termasuk pimpinan misa Romo Edmund Prier SJ. Korban kini dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta. Sedangkan pelaku dirawat di RS Bhayangkara.
Baca juga: Gereja St Lidwina Diserang, Bupati Sleman: Ini Motif Apa Lagi?
Menurut Firman, saat ini pelaku yang diketahui bernama Suliyono saat ini tengah menjalani operasi pengangkatan peluru yang bersarang di kakinya. Karena itu, ia mengatakan polisi belum berhasil mengorek keterangan, apa motif Suliyono.
Polisi juga belum tahu apakah pelaku merupakan mahasiswa yang tengah belajar di salah satu kampus di Yogya. Penyidik, kata Firman, juga belum berhasil mengorek motivasi penyerangan itu dan siapa saja yang terlibat.
"Pelaku masih dioperasi untuk mengeluarkan peluru di kakinya sekarang, baru setelah itu kami akan korek informasi dari dia," ujarnya.
Firman belum mau membeberkan hasil sementara olah TKP di dalam gereja. Namun ia memastikan telah menyita satu buah barang bukti pelaku berupa pedang sepanjang lebih dari setengah meter.
"Kami belum bisa memastikan pelaku akan dijerat pasal apa, apakah terorisme atau kekerasan lain, karena itu nanti baru bisa disimpulkan dari motif," ujar Firman.
Adanya spekulasi bahwa pelaku terganggu kejiwaannya juga belum diketahui."Apakah pelaku gangguan mental kami menunggu hasil medis," ujarnya.
Firman mengatakan seorang anggota bernama Aiptu Munir yang mendatangi lokasi saat Suliyono menyerang Gereja St Lidwina juga mengalami luka sabetan samurai.
Aiptu Munir yang datang ke gereja itu sempat bernegosiasi namun pelaku tetap ngamuk. Dia kemudian mengeluarkan tembakan peringatan.
"Saat meminta pelaku menyerah dan mengeluarkan tembakan peringatan, Aiptu Munir justru mendapat perlawanan dan terkena sabetan pedang pelaku di tangannya, sehingga terpaksa ditembak kakinya," ujarnya.
Baca juga: Baksos Gereja Ditolak Ormas, MUI: Bukan karena Anti-Kristiani
Menurut Firman total tiga peluru dilepaskan Aiptu Munir. Selain satu tembaka peringatan, dua tembakan lainnya diarahkan ke kaki Suliyono.
"Total tiga tembakan untuk pelaku, satu peringatan, dan dua tembakan mengarah kaki pelaku, bukan di perut ya," ujar Firman usai melakukan olah tempat kejadian perkara.
Pelaku penyerangan, Suliyono, 23 tahun, yang kartu penduduknya merupakan warga Banyuwangi Jawa Timur langsung terkapar ketika dua peluru ditembakkan oleh Aiptu Munir. Adapun Aiptu Munir yang juga terkena luka sabetan samurai kini dirawat di Rumah Sakit Gamping.