TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsi Gunung Agung yang tersebar di sejumlah posko di Kabupaten Karangasem memerlukan air minum dalam upaya mengantisipasi semakin dahsyatnya erupsi gunung tertinggi di Bali itu.
Relawan pengungsi, Wayan Rauh, di Posko Desa Pesaban, Karangasem, mengharapkan para donatur untuk menyiapkan sumbangannya berupa air mineral. Sebab di pengungsian di Desa Pesaban, persediaan air minum kemasan sudah menipis.
"Kami mengharapkan kepada para donatur untuk menyiapkan sumbangannya berupa air mineral, selain persediaan sembako serta kebutuhan lainnya kepada pengungsi," katanya.
Baca juga: Gunung Agung Erupsi, Wings Air Semarang-Denpasar Batal Terbang
Rauh yang berasal dari Desa Kunyit mengatakan air mineral menjadi kebutuhan utama bagi para pengungsi dalam memenuhi ketahanan tubuhnya.
"Kami mengharapkan kebutuhan air mineral tersebut dalam upaya mengantisipasi letusan dahsyat Gunung Agung yang kini sudah pada level Awas itu karena letusannya semakin dahsyat. Kami khawatir ketika itu terjadi pasokan air akan sulit kami dapatkan," kata dia, Selasa 28 November 2017.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Asnawi Bahar saat bertemu dengan pengungsi Gunung Agung mengaku pihaknya akan berusaha membantu para pengungsi sesuai dengan kebutuhannya.
"Kami akan berusaha mengumpulkan donasi dari anggota Asita dan lembaga lainnya untuk membantu para pengungsi Gunung Agung, sesuai dengan kebutuhan ke depannya yang diperlukan mereka," ujarnya.
Ia mengatakan dalam menyerahkan sumbangan tersebut pihak Asita berkoordinasi dengan Posko Bencana, sehingga mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan mendesak.
Baca juga: Gunung Agung Erupsi, Kemenhub Siapkan Angkutan Kereta Api
Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencan Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kasbani mengatakan, erupsi Gunung Agung di Bali kini memasuki fase magmatik. “Sekarang ini sudah memasuki fase magmatik karena sudah keluar produk-produk magma berupa lava dan sebagainya. Fase magmatik itu erupsinya bisa tidak hanya sekali, bisa berkali-kali dan ada potensi erupsi yang lebih besar,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 27 November 2017.
Kasbani mengatakan, erupsi hingga saat ini masih terjadi. Hembusan abu kemarin sempat menembus ketinggian 3.400 meter, tapi hari ini tidak terpantau karena hampir seharian puncak Gunung Agung tertutup awan tebal. “Erupsi berupa embusan emisi abu tetap jalan terus, kemudian sinar api dalam crater, atau kawah, masih ada sampai sekarang,” kata dia.