TEMPO.CO, Jakarta - Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dalah kader yang digadang-gadang Partai Demokrat untuk maju sebagai Calon Presiden dari partai itu pada Pemilu 2019. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan mengatakan, partainya sudah memutuskan akan mencalonkan AHY baik sebagai capres atau pun cawapres.
Lahir di Bandung, 39 tahun lalu, AHY yang juga putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terbilang pemain muda dalam kontestasi politik. Agus yang lulusan terbaik Akademi Militer 2000 ini meninggalkan karirnya selama 16 tahun di bidang militer dengan pangkat mayor untuk maju Pemilihan Gubernur DKI.
BACA:Demokrat Pastikan Siapkan AHY Jadi Capres atau Cawapres 2019
Berduet bersama mantan Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni, AHY yang diusung koalisi Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan ternyata kalah dalam babak pertama Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang kemudian dimenangkan Anies Baswedan.
Menurut Syarif, peluang Demokrat mencalonkan AHY tergantung pada elektabilitasnya. Meski saat ini, AHY dan kader Partai Demokrat sedang termotivasi mensukseskan kebijakan partai itu. "Tapi lagi-lagi tergantung elektabilitas AHY," katanya.
BACA:: AHY Temui Prabowo Subianto di Kertanegara
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan mengatakan, peluang Demokrat mengajukan AHY pada Pemilu Presiden 2019 tergantung pada bagaimana Demokrat sebagai Partai mampu menenuhi presidential treshold (PT) yang telah ditetapkan. "Bisa saja, tetapi itu tergantung pada presidential treshold tetap ada atau tidak. Kalau nanti dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi nanti Partai Demokrat bisa mengusung sendiri," kata Djayadi ditemui di Jakarta pada Sabtu, 4 November 2017.
BACA:Demokrat Upayakan AHY Bisa Bertemu dengan Megawati Soekarnoputri
Peluang AHY, sepenuhnya menjadi orang nomor dua yaitu Cawapres 2019 dan akan mendampingi siapa, itu pun sepenuhnya tergantung pada elektabilitas AHY. Apalagi posisi Calon WakiL Presiden, sepenuhnya dianggap sebagai upaya menutupi kelemahan Presiden.
Misalnya saja AHY menjadi calon wakil presiden Jokowi, sepenuhnya tergantung dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan Presiden Jokowi dan pertumbuhan ekonomi yang mampu ditampilkan pada awal 2019 nanti."Kalau itu tidak tercapai maka Jokowi tidak bisa leluasa memilih calon wakil presiden. Karena itu, dia harus mempertimbangkan orang yang mungkin menutupi kelemahannya," kata Djayadi.
DIAS PRASONGKO