TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, mengatakan ada kekhawatiran Presiden Joko Widodo atau Jokowi terkait dengan suasana kebangsaan pada 2019 mendatang.
“Saya membayangkan, pada 2019 nanti, skenario terburuk mungkin terjadi semakin dalam dan lebar. Kita benar-benar memerlukan kaum bijak agar kekhawatiran-kekhawatiran ini dapat diminimalisasi,” ujarnya saat ditemui di kantor CDCC, Jakarta Selatan, Selasa, 31 Oktober 2017.
Din menuturkan tidak mengetahui alasan Presiden memilihnya sebagai utusan khusus untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban. Namun, jika dilihat dari ekspresi Presiden, ada suasana kekhawatiran akan terjadi pembelahan.
Baca juga: Jokowi Tugasi Din Syamsudin Sebagai Utusan Khusus Dialog Agama
Menurut Din, skenario terburuk dapat terjadi karena adanya residu bawaan dari peristiwa lama. Sebenarnya, bangsa ini sudah terbelah secara mendalam sejak 2014, ketika ada dua pasang presiden dan wakil presiden yang dipolarisasi. Belum sembuh betul permasalahan tersebut, timbul lagi permasalahan lain yang membentuk blok, yaitu kelanjutan pengambilan keputusan kenegaraan dalam demokrasi eksekutif dan legislatif sehingga membentuk blok. Belum sembuh, kata Din, diterpa lagi dengan faktor politik baru pilkada DKI Jakarta.
Namun Din Syamsuddin menuturkan tetap optimis dapat mengemban kepercayaan Presiden. Karena itu, ia menganjak dan membangkitkan kaum bijak untuk turut serta mengatasi pembelahan yang kian marak di Indonesia.
Baca juga: Din Syamsuddin Dorong RI Inisiasi Intervensi Krisis Rohingya
“Jalan keluar untuk mengatasi pembelahan adalah kita butuh revitalisasi, yaitu mengutamakan nilai-nilai kebaikan dan reaktualisasi, demi keselamatan bangsa, baru kita berbicara mengenai role model untuk negara lain,” ucapnya.
HARMANI