TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin menjadi salah satu tokoh penggerak aksi unjuk rasa menolak penyelenggaraan pemilu curang di komplek DPR pada Selasa, 19 Maret 2024. Din Syamsuddin melakukan demonstrasi mengatasnamakan Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat atau GPKR.
"Ya, itu saya penggeraknya," ujar Din lewat aplikasi perpesanan kepada Tempo, Ahad, 17 Maret 2024.
Dalam aksinya, GPKR mengajak masyarakat untuk mencegah kezaliman. Mereka juga mendesak Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya. Pasalnya Jokowi dinilai telah melanggar konstitusi.
"Pemilu/Pilpres 2024 adalah puncak dari kezaliman rezim Presiden Joko Widodo yang dinilai melanggar konstitusi, hukum/perundang-undangan yang berlaku, dan etika politik dengan penyelenggaraan Pemilu yang tidak jujur dan adil," tulis poster demonstrasi GKPR.
Aksi Din Syamsuddin memimpin demo kecurangan Pemilu itu pun menuai sorotan publik. Lantas, seperti apa profil Din Syamsudin? Simak informasinya berikut ini.
Profil Din Syamsuddin
Prof. Dr. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA atau akrab disapa Din Syamsuddin lahir di di Sumbawa Besar, 31 Agustus 1958. Ia dikenal sebagai mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di madrasah Ibtidaiyah dan tsanawiyah Nahdlatul Ulama (NU) Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kemudian dia melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur. Ia menyelesaikan pendidikannya itu pada 1975.
Tamat dari Pondok Pesantren Modern Gontor, Din Syamsuddin melanjutkan ke perguruan tinggi dan berhasil menyelesaikan studi sarjana Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama di IAIN Syarif Hidayatullah, yang sekarang menjadi UIN Jakarta. Dia berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1982.
Tak berhenti sampai di situ saja, Din melanjutkan pendidikan S2 dan S3 ke luar negeri. Din memilih untuk melanjutkan pendidikan tingkat magister dan doktoralnya di University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, dalam Program Interdepartemen Studi Islam. Dia berhasil memperoleh gelar doktoral pada tahun 1996.
Setelah kembali ke Indonesia, Din Syamsuddin terlibat dalam politik praktis dengan mengomandani litbang partai Golkar. Sebagai seorang akademisi, ia aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), UHAMKA, dan Universitas Indonesia (UI). Selain itu, ia juga menjabat sebagai Guru Besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam beberapa tahun berikutnya, Din Syamsuddin juga memiliki kesempatan untuk mengemban berbagai tugas kenegaraan, termasuk menjadi Anggota Dewan Riset Nasional, Direktur Jenderal Binapenta Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan berbagai tugas penting lainnya seperti Sekretaris Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Di samping kesibukannya di bidang pendidikan, Din juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi. Sejak masih menjadi pelajar, ia telah dipercaya untuk memimpin Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Sumbawa dari tahun 1970 hingga 1972. Selama masa kuliah, ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan kemudian terlibat dalam Pemuda Muhammadiyah, bahkan mencapai posisi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Din Syamsuddin dikenal sebagai mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Ia terpilih sebagai Ketua Umum dari hasil Mukatamar ke-45 Muhammadiyah yang belangsung di Malang. Ia menjabat selama periode 2005-2010.
Posisinya sebagai ketua organisasi islam besar di RI, membuatnya banyak dikenal oleh tokoh-tokoh politik, termasuk calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto. Pada acara Dialog Publik PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat, 24 November 2023, Prabowo mengatakan bahwa dirinya mengenal sosok Din Syamsuddin.
Sejumlah nama para ketua umum PP Muhammadiyah sudah tak asing bagi Prabowo, termasuk Din Syamsuddin. "Saya yakin saudara-saudara kenal, bagaimana dekatnya saya dengan Pak Amien Rais, Buya Syafii Maarif, Pak Din Syamsuddin, dan sekarang tentunya Pak Haedar Nashir," ujarnya.
Selama menahkodai Muhammadiyah, Din Syamsuddin gencar menyuarakan perlunya Islam membuka diri terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berdunia sebagai manifestasi rahmatan lil’alamin.
RIZKI DEWI AYU | ANDI ADAM FATURAHMAN
Pilihan Editor: Deddy Sitorus soal Hubungan dengan Jokowi dengan PDIP usai Pemilu 2024: Nggak Ada, End!