Beberapa peristiwa masa lalu memang menunjukkan kedekatan Timur dengan FPI. Saat menjabat Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, misalnya, Timur pernah merangkul FPI untuk menjaga ketertiban Jakarta pada Ramadan lalu. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Front Pembela Islam Jakarta Habib Salim Umar Alattas mengakui adanya hubungan itu. "Kedekatan Pak Timur dengan FPI karena Islamnya sangat kental. Dia rajin beribadah," katanya kemarin.
Salim Umar mengatakan sudah mengenal Timur saat yang bersangkutan menjabat Kepala Kepolisian Resor Jakarta Barat pada 1997-1999. Waktu itu Salim masih Panglima Laskar Ahlussunnah Wal Jamaah.
Salim mengaku, sejak itu ia membangun hubungan dengan Timur. Hubungan terus berlanjut sampai lulusan Akademi Kepolisian 1978 itu kembali lagi ke Jakarta sebagai kapolda pada Juni lalu. "Saat menjadi Kapolda Metro, dia menyambangi markas kami untuk silaturahmi."
Bahkan saat milad FPI ke-12, Timur juga datang bersama Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat. Kala itu keduanya turut melahap nasi kebuli bersama para pemimpin ormas berbasis agama itu.
Saat bulan puasa beberapa waktu yang lalu, Salim juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengawal Perda No. 10/2004 tentang Kepariwisataan DKI yang mengatur waktu buka dan tutup tempat hiburan malam. Namun, kata Salim, dia tidak langsung menemui Timur untuk koordinasi. "Hanya melalui surat."
Kedekatan Timur dengan FPI, menurut Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edy, justru harus diapresiasi. Sebagai pemimpin, Timur semestinya bisa merangkul semua golongan.
Sejumlah aktivis hak asasi juga mengkritik pencalonan Timur sebagai Kapolri. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Selasa lalu, menyatakan Timur dinilai terkait dengan tragedi Trisakti pada 1998. Saat itu ia menjabat Kapolres Jakarta Barat.
AMIRULLAH | HERU TRIYONO | DEWI RINA