Setya Novanto: Sekarang Saya Rakyat Biasa yang Paling Bawah

Senin, 5 Februari 2018 12:54 WIB

Terdakwa dugaan korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) Setya Novanto menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat,1 Februari 2018. TEMPO/Lani Diana

TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), Setya Novanto, mengaku memiliki banyak jam tangan merek Richard Mille. "Itu dari dulu, waktu jadi pengusaha, kumpul-kumpulin (jam tangan)," kata Setya menjelang sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat, Senin, 5 Februari 2018.

Setya tidak memberi tahu jumlah jam tangan yang dia miliki. Bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu mengaku membeli jam tangan Richard Mille, bukan pemberian hadiah dari orang lain.

Baca:
Sidang Praperadilan Fredrich Yunadi, Setya...
Saat Setya Novanto Terkejut Namanya Masuk...

Setya didakwa jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berperan meloloskan anggaran proyek e-KTP di DPR pada 2010-2011 saat menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar. Atas perannya, Setya Novanto disebut menerima imbalan US$ 7,3 juta. Dia juga diduga menerima jam tangan Richard Mille seharga US$ 135 ribu. Setya Novanto didakwa melanggar Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Penasihat hukum Setya, Maqdir Ismail, mengatakan kliennya memiliki tiga sampai empat jam tangan Richard Mille dengan jenis dan bentuk yang berbeda-beda. Saat ditanya wartawan apakah mengenakan jam tangan itu hari ini, Setya hanya tertawa kecil sambil mengatakan kini ia hanya rakyat biasa. "Udah rakyat yang paling di bawah. Kita sederhana aja sekarang," ujar Setya.

Advertising
Advertising

Simak: Setya Novanto dan 60 Legislator Diduga Terlibat E-KTP

Sebelum berpolitik, Setya mendirikan PT Anindya Cipta Perdana, perusahaan distributor semen dan bahan bangunan ke kawasan Nusa Tenggara Timur. Setya berkongsi dengan politikus Partai Demokrat, Hayono Isman, membangun perusahaan itu pada 1979. Anindya hanya bertahan dua tahun karena kalah bersaing dengan pedagang lokal.

Baca juga:
KPK Buru Semua yang Terlibat Drama Kecelakaan Setya Novanto...
Sidang Setya Novanto, Berikut Cerita Saksi yang...

Setelahnya, Setya dipercaya mengembangkan pompa bensin milik mantan mertuanya, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat saat itu, Brigadir Jenderal Sudharsono, di Cikokol, Tangerang. Sejak itu, bisnisnya terus berkembang hingga akhirnya ia dekat dengan keluarga Cendana, keluarga Presiden Soeharto.

Kedekatannya dengan keluarga Cendana membawa Setya berkarier sebagai politikus. Kariernya sebagai politikus mengantarnya ke dalam pusaran korupsi proyek e-KTP.

Berita terkait

Siapa Saja yang Pernah Jadi Ketua Umum Golkar? Disaksikan Jokowi, Bahlil Ketum Partai Golkar 2024-2029

22 Agustus 2024

Siapa Saja yang Pernah Jadi Ketua Umum Golkar? Disaksikan Jokowi, Bahlil Ketum Partai Golkar 2024-2029

Mereka yang pernah menjabat menjadi Ketua Umum Golkar sejak awal berdiri hingga sekarang. Terakhir, Bahlil Lahadalia gantikan Airlangga Hartarto.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kembali Miryam S. Haryani Eks Anggota DPR dalam Kasus Korupsi e-KTP, Pernah Beri Keterangan Palsu

16 Agustus 2024

KPK Periksa Kembali Miryam S. Haryani Eks Anggota DPR dalam Kasus Korupsi e-KTP, Pernah Beri Keterangan Palsu

Pada 2019, KPK menetapkan Miryam S. Haryani sebagai tersangka dalam kasus e-KTP. Kini, ia dipanggil lagi oleh penyidik KPK dalam kasus yang sama.

Baca Selengkapnya

Airlangga Hartarto dan Kabar Dugaan Korupsi CPO, Berikut Daftar Ketua Umum Parpol Tersangkut Korupsi

14 Agustus 2024

Airlangga Hartarto dan Kabar Dugaan Korupsi CPO, Berikut Daftar Ketua Umum Parpol Tersangkut Korupsi

Airlangga Hartarto mundur dari Ketua Umum Golkar, disangkutpautkan dengan dugaan korupsi CPO. Ini daftar ketua umum parpol yang tersangkut korupsi.

Baca Selengkapnya

Profil Partai Golkar yang Dipimpin Airlangga Hartarto Selama 7 Tahun

13 Agustus 2024

Profil Partai Golkar yang Dipimpin Airlangga Hartarto Selama 7 Tahun

Airlangga Hartarto mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar setelah 7 tahun menjabat.

Baca Selengkapnya

Airlangga Hartarto Hengkang dari Kursi Ketua Umum Golkar, Kilas Balik Pengangkatannya Gantikan Setya Novanto

12 Agustus 2024

Airlangga Hartarto Hengkang dari Kursi Ketua Umum Golkar, Kilas Balik Pengangkatannya Gantikan Setya Novanto

Mundur dari kursi Ketua Umum Golkar, bagaimana kilas balik perjalanan Airlangga Hartarto dalam menggantikan Setya Novanto?

Baca Selengkapnya

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto Mundur, Berikut Ketum Golkar dari Masa ke Masa

12 Agustus 2024

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto Mundur, Berikut Ketum Golkar dari Masa ke Masa

Airlangga Hartarto mundur dari kursi Ketua Umum Golkar, bagaimana sejarah para pemimpin partai beringin ini dari masa ke masa?

Baca Selengkapnya

KPK Usut Lagi Kasus E-KTP, Panggil Eks Anggota DPR Miryam S. Haryani

9 Agustus 2024

KPK Usut Lagi Kasus E-KTP, Panggil Eks Anggota DPR Miryam S. Haryani

KPK kembali mengusut kasus E-KTP, dengan memanggil eks anggota DPR Miryam S. Haryani yang juga tersangka dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya

Sudirman Said Didorong Aktivis Antikorupsi Maju Capim KPK, Bukti Keberaniannya Ungkap Kasus Papa Minta Saham Setya Novanto

15 Juli 2024

Sudirman Said Didorong Aktivis Antikorupsi Maju Capim KPK, Bukti Keberaniannya Ungkap Kasus Papa Minta Saham Setya Novanto

Ketua IM57 Institute, Praswad Nugraha mendorong Mantan Menteri ESDM Sudirman Said maju mendaftarkan diri sebagai capim KPK. Rekam jejaknya.

Baca Selengkapnya

Menko Perekonomian Bantah Sinyal Pembatasan BBM Bersubsidi dari Luhut, Ini Profil Airlangga Hartarto

12 Juli 2024

Menko Perekonomian Bantah Sinyal Pembatasan BBM Bersubsidi dari Luhut, Ini Profil Airlangga Hartarto

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto membantah sinyal yang diberikan Luhut soal adanya pembatasan BBM bersubsidi dalam waktu dekat.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

3 Mei 2024

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya