Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Pidato Bung Tomo, Siaran Radio yang Ditunggu

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Bung Tomo bersiap melakukan siaran radio, 1947. Dok.Dukut
Bung Tomo bersiap melakukan siaran radio, 1947. Dok.Dukut
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Moechtar, mantan Pemimpin Redaksi  Panjebar Semangat, majalah berbahasa Jawa yang terbit di Surabaya memberi kesaksian seputar  pidato Bung Tomo dan Pertempuran Surabaya 10 November 1945. Ia kini berusia 90 tahun, lahir di Pacitan pada 22 Februari 1925. 

Moechtar sekolah di Hollandshe Indische Kweekschool Yogyakarta. Ketika Jepang masuk Indonesia, sekolah berlanjut ke Sekolah Guru Menengah Laki-laki. Setelah revolusi kemerdekaan, Moechtar melanjutkan luliah di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dan Fakultas Sosiologi Jurusan Publisistik di Universitas Indonesia di Jakarta.

Moechtar mengingat, ketika tahun 1945, sekolah tidak terurus, diliburkan akibat perang berkecamuk. Ketika itu, Jepang  bertekuk lutut ke Sekutu, dan Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Namun, situasi belum normal. Sehingga, pemerintahan dan juga sekolah belum terurus dengan baik. 

Dalam situasi  yang tak menentu sehingga sekolah libur, Moechtar yang saat itu sekolah di Yogyakarta, memilih untuk sementara tinggal di Kediri, Jawa Timur. “Saya ke tempat paman saya yang bernama Soedjito. Ia menjadi  Kepala Dinas Pekerjaan Umum di Kediri,” kata Moechtar, Ahad 22 Oktober 1945.

Kini, Moechtar tinggal di Pucang Asri, Kota Surabaya dalam posisi banyak berbaring akibat pernah jatuh sehingga tulang belakangnya trauma.  Daya ingat Moechtar masih kuat, meski sekali-sekali ia perlu waktu lama untuk mengingat  sesuatu.

BACA: Apa Peran Bung Tomo di Perang Surabaya 10 November 1945?

Sebagai pejabat  Kediri, Soedjito tinggal di tengah kota, di dekat Pasar Pahing di Kelurahan Jamsaren, Kediri.  Selama tinggal di rumah pamannya ini,  Moechtar  punya kegiatan yang hampir rutin tiap hari. Ketika jarum jam menunjuk jam lima petang,  Moechtar mendapat  tugas untuk mengeluarkan radio merk Philips yang berbentuk kotak, dari kayu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia mengatakan, radio merupakan barang mewah pada saat itu. Di Kediri, kata dia, yang punya radio bisa dihitung dengan jari. “Karena paman saya kepala dinas pekerjaan umum, penghasilannya cukup untuk membeli radio,” kata Moechtar.

Ia mengeluarkan radio milik pamannya dari dalam rumah ke halaman rumah yang luas. Di halaman rumah, sudah menunggu penduduk sekitar tempat pamannya tinggal. Mereka menunggu siaran Bung Tomo. 

Bahkan, ada juga yang datang dari tempat jauh di Kediri.  Setidaknya ada 20 hingga 30 orang yang takzim menunggu di halaman untuk mendengarkan siaran radio. Kadang, yang datang hingga 50 orang.

Menurut Moechtar, saat itu, stasiun radio yang memancarkan siaran hingga masuk  Kediri  cuma satu. Ketika itu, belum banyak siaran radio. Sehingga, Moechtar tidak pernah memindah stasiun radio ke stasiun lain karena memang tidak ada yang lain. Siaran yang paling ditunggu itu adalah siaran dari radio yang dimiliki Bung Tomo. Isinya, pidato Bung Tomo selama sekitar setengah jam.

Selengkapnya, baca Edisi Khusus Majalah TEMPO, Bung Tomo dan Pertempuran Surabaya

MOHAMMAD SYARRAFAH | SUNUDYANTORO

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

5 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

13 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

27 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Lafran Pane. wikipedia.com
Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.


Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

1 Desember 2023

Film Lafran. Facebook
Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

Film Lafran dibintangi Dimas Anggara sebagai Lafran Pane akan tayang pada Februari 2024. Siapa dia, apa hubungannya dengan HMI?


Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

13 November 2023

Suasana Jalan Layang Prof Mochtar Kusumaatmadja di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 1 Maret 2022. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

Prof Mochtar Kusumaatmadja beberapa tahun terakhir diusulkan menjadi pahlawan nasional. Jasanya sangat besar sebagai konseptor Deklarasi Djuanda.


47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

13 November 2023

Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat pemberian gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 8 November 2018. Salah satu di antaranya adalah kakek dari Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan. TEMPO/Subekti.
47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

Siapa saja pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah Jokowi sejak 2014? Berikut daftar 47 tokoh pahlawan nasional, termasuk kakek Anies Baswedan.


Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

12 November 2023

Ida Dewa Agung Jambe merupakan Raja Klungkung kedua. Ia gugur saat melawan Belanda dalam perang puputan pada 28 April 1908. Peristiwa itu dikenang sebagai Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung.  Foto: Istimewa
Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe dari Bali dianugerahi gelar pahlawan nasional. Tak mau tunduk Belanda, ia kobarkan perang Puputan Klungkung 1908.