TEMPO.CO, Palu - George Junus Aditjondro di mata rekan-rekannya sesama aktivis di Indonesia adalah sosok aktivis dan sosiolog yang terdidik, cerdik, pandai, rendah hati, dan mudah bergaul dengan siapa pun. Dalam kehidupan sehari-harinya, baik di kampung, kota, maupun kampus, George memiliki sikap yang sama hormatnya, kepada orang tua maupun anak muda.
"Tapi, beliau tidak pernah hormat terhadap kekuasaan pemerintah yang menindas," kata Chalid Muhammad, seorang aktivis, saat di tempat duka kepada Tempo, Sabtu, 10 Desember 2016.
Chalid yang juga Penasihat Senior Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu mengatakan karakter George, sejak zaman Soeharto, yang dikenalnya adalah sosok pemberani. “Saya mengenal beliau, ketika saat itu beliau terpaksa meninggalkan Indonesia pergi ke Australia karena terkena pasal makar yang tidak beliau lakukan,” katanya.
Beberapa aktivis di Jakarta, saat itu harus menjemput George di bandara untuk mau balik ke Jakarta. Menurut dia, George adalah sosok yang mempunyai insting investigatif yang sangat kuat.
Menurut Chalid, George adalah orang yang mudah sekali merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain menjadi puzzle atau gambar yang lengkap. Hasilnya adalah sejumlah tulisan dengan hasil yang kuat.
Tulisan-tulisan George, selain kuat dengan data dan analisis, tidak provokatif. Chalid menuturkan, investigasi korupsi yang merupakan kekuatan dari George, mengharuskan gaya tulisan seperti itu, sehingga mudah dimengerti banyak orang.
“Saya kira itulah kesan yang terkuat dari George. Kekuatan investigasi George itu bahkan bisa menginspirasi orang lain, seperti dalam konteks Lore Lindu yang pernah menjadi tulisannya. Saya kira, sebelum aktivis menulis tentang Lore Lindu, di Poso itu, George sudah memulainya. Kadang-kadang investigasinya itu selangka di depan dari yang lainnya,” kata Chalid.
George juga pernah menetap di wilayah Papua, dengan teman-teman YPMD untuk Papua. Di zaman Soeharto, ia juga pernah membicarakan masalah transmigrasi. Padahal saat itu orang takut berkomentar tentang transmigrasi. "Namun George, bisa dengan tajam menulis komentar-komentar soal analis tentang transmigrasi," ujar Chalid.
George, telah menerima kalpataru dari pemerintah karena konsistensi perjuangannya. Namun ketika dia melihat ada kritik yang kuat terhadap kementerian dan pemerintah pada waktu itu, penghargaan kalpataru tersebut dia kembalikan.
Kini, George, telah tiada. George Junus Aditjondro meninggal pada Sabtu, 10 Desember, pukul 05.45 Wita, di Rumah Sakit Bala Keselamatan, di Jalan Woodward, Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, di usia 70 tahun. Selamat jalan kawan, perjuanganmu akan selalu kami kenang.
AMAR BURASE