TEMPO.CO, Jakarta - Wajah Basuki Tjahaja Purnama tampak sumringah ketika dia bersama Djarot Saiful Hidayat diminta maju oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Hugo Parera. Keduanya diminta menandatangani kontrak politik partai berlambang banteng dengan tajuk Dasa Prasetya Partai.
Menurut Andreas, Basuki dan Djarot telah mengalami proses psikologis yang panjang sebelum pengumuman pencalonan sebagai gubernur. "Ada hal penting menyangkut kesepakatan untuk kontrak politik," katanya di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Jakarta, Selasa, 20 September 2016.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Pemerintahan DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan kontrak politik ini adalah format baku bagi calon kepala daerah yang diusung PDIP tanpa terkecuali. "Kontrak ini keinginan kedua belah pihak," ujarnya.
Menurut dia, penandatanganan kontrak politik keduanya juga menunjukkan keseriusan Ahok dan Djarot untuk diusung PDIP. Keseriusan tersebut diperlihatkan dalam pertemuan di rumah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar. “Kontrak politik ini untuk mengayomi, tidak ada kaitan dengan mahar politik,” katanya.
Dengan wajah sumringah, Basuki dan Djarot melangkah lantang maju ke depan. Keduanya menandatangani kontrak politik itu. Mereka disambut dengan sorak-sorai beberapa petinggi PDIP yang hadir.
Setelah menandatangani kontrak politik, Ahok pun seperti salah tingkah. Dia kemudian tampak lepas bercanda bersama Prasetyo Edi Marsudi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta asal PDIP, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP untuk DKI Jakarta Gembong Warsono. Ketiganya tampak bergurau dan saling melempar canda. Berbeda dengan raut wajah tegang sedikit senyum Ahok saat mendatangi markas PDIP.
Basuki dan Djarot merupakan pasangan inkumben. PDIP sebelumnya mengusung Ahok sebagai calon wakil gubernur mendampingi kadernya, Joko Widodo, dalam pemilihan kepala daerah DKI 2012. Dua tahun kemudian, Ahok diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI. Posisi Ahok sebelumnya lantas diisi oleh Djarot hingga kini.
ARKHELAUS W.