TEMPO.CO, Sidoarjo - Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Provinsi Jawa Timur Dewi J. Putriatni mengungkap, rata-rata rasio elektrifikasi di wilayah Jawa Timur mencapai 83 persen.
Dari data itu, rasio elektrifikasi tertinggi adalah Kota Surabaya sebesar 116 persen. Adapun yang terendah adalah Kabupaten Sampang yang ada di Pulau Madura.
"Rasio elektrifikasi di Kabupaten sampai hanya mencapai 40 persen," kata Dewi seusai peresmian gardu induk listrik di Sidoarjo, Rabu, 23 Maret 2016.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur dan Bali PT PLN, Amin Subekti, mengatakan tingkat elektrifikasi rendah tidak dipengaruhi ada tidaknya pasokan listrik. "Tapi karena tidak ada jaringan yang sampai ke titik terakhir rumah warga," ujarnya.
Contohnya Kabupaten Pacitan yang rasio elektrifikasinya rendah, yaitu 75 persen. Di daerah ini, kata dia, banyak warga yang tinggal dan berkebun di perbukitan yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik.
"Tidak mungkin lah PLN membuat jaringan listrik hanya untuk beberapa rumah saja," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Dewi berharap, anggaran pendapatan dan belanja daerah dialokasikan untuk pembangunan jaringan listrik. "Sampai saat ini, anggaran APBD Provinsi Jawa Timur untuk itu belum ada. Yang ada, alokasi dari APBN, itu pun sangat kecil," tuturnya.
Karena itu, Dewi meminta, ke depan ada mekanisme yang mudah dan benar supaya APBD bisa dialokasikan untuk pembangunan jaringan listrik di wilayah terpencil. "Mekanisme ini ada aturannya yang benar dari kacamata administrasi aset. Itu yang menjadi hambatan sekarang."
Di Sidoarjo, Dewi dan Subekti meresmikan Gardu Induk (GI) Sambikerep berkapasitas 2 x 60 MVA, GI Porong Baru 60 MVA, dan peningkatan kapasitas GI Bulukandang dari 30 MVA menjadi 60 MVA. Penambahan GI itu diharapkan meningkatkan dan menambah pasokan listrik di wilayah Surabaya dan Sidoarjo.
NUR HADI