TEMPO.CO, Jayapura - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai, mengatakan, hingga saat ini jumlah balita yang meninggal dunia di Kabupaten Nduga bertambah satu anak sehingga korban total menjadi 32 anak. Dia menyebutkan para korban itu meninggal selama kurun waktu dari 16 Oktober sampai 20 November 2015.
"Ada kematian lagi satu bayi usia kurang dua tahun," katanya kepada wartawan saat jumpa pers di Kantor Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) di Kota Jayapura, Papua, Kamis, 26 November 2015. Namun sejumlah pemberitaan di media menyebutkan jumlah korban mencapai 41 anak.
Sedangkan terkait penyebab kematian 32 anak di Kabupaten Nduga ini, Aloysius mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mengetahui penyebabnya. "Tapi pasien yang meninggal menunjukkan gejala-gejala, seperti panas, demam, menggigil, dan kejang kemudian meninggal dunia. Lokasi kejadian di Distrik Mbua, tepatnya di Kampung Doigimo, Opmo, Barapngin, dan Labirik," kata Aloysius.
Menurut Aloysius, pada Kamis, 26 November 2015, tim krisis senter yang berjumlah enam orang telah terbang ke Kabupaten Nduga melalui Wamena, Kabupaten Jayawijaya, guna melakukan investigasi dan tindakan-tindakan darurat lainnya.
"Semoga dalam dua hari ke depan akan segera didapatkan tindak lanjut kerja yang akan dilakukan Dinas Kesehatan dan lembaga terkait dengan penyelesaian masalah di Distrik Mbua ini," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Nduga, Mesak Kogoya, mengatakan, para balita meninggal secara misterius di Kabupaten Nduga sepanjang November 2015 ini. Kasus ini terjadi di dua distrik, yaitu Distrik Mbua dan Distrik Bumulyama.
Menurut Mesak, di Mbua ada Puskesmas dan dokter, serta tim Satgas Kaki Telanjang yang berjumlah tujuh orang. Satgas Kaki Telanjang merupakan satuan tugas yang dibentuk UP2KP. Satu tim terdiri atas tujuh orang yang khusus melayani kesehatan ke pelosok-pelosok Papua. Namun karena kampung-kampung jaraknya berjauhan, mereka kesulitan memberikan pelayanan yang memadai.
"Ini mengakibatkan petugas yang ada tak mampu menjangkau semua kampung. Karena saat petugas berada di kampung yang satu, di kampung lainnya terjadi kematian. Sedangkan di Distrik Bumulyama, tak ada Puskesmas, hanya ada Pustu," kata Mesak.
Kepala Seksi Wabah dan Bencana Provinsi Papua, Yamamoto Sasarari, menjelaskan, dari gambaran klinis yang dilaporkan, diduga balita-balita itu mengalami pneumonia bronkitis. "Tapi ini baru dugaan. Untuk lebih pastinya setelah kami melakukan pemeriksaan di lapangan. Dari gambaran klinis itu juga, tidak ada hog cholera," kata Sasarari.
Kepala Distrik Mbua, Erias Gwijangge, mengatakan, kematian balita ini terjadi setelah kemarau berkepanjangan, dan hujan baru turun di daerah itu. "Waktu beberapa kali turun hujan, hewan ternak di kampung-kampung mendadak mati. Babi dan ayam mendadak mati tanpa diketahui penyebabnya," katanya.
CUNDING LEVI