TEMPO.CO, Surabaya - Memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia, Selasa, 5 Juni 2012, beragam aktivis lingkungan di Surabaya menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Mereka membawa aneka poster dan spanduk serta beragam jenis ikan yang terbuat dari gabus. Pengunjuk rasa menyuarakan dua tuntutan, yakni "stop pencemaran kali Surabaya" serta "stop perusakan hutan mangrove di pantai Surabaya".
"Kami mendesak Gubernur segera merelokasi seluruh pabrik yang berdiri di sepanjang Kali Surabaya," kata Direktur Lembaga Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Surabaya, Prigi Arisandi.
Selain Ecoton, unjuk rasa juga diikuti oleh lembaga swadaya masyarakat pemerhati masalah lingkungan, seperti Nol Sampah, Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL), serta Cak dan Ning Surabaya.
Menurut Prigi, Kali Surabaya saat ini berada pada fase pencemaran terburuk. Ini bisa dilihat dari matinya ribuan ikan yang terjadi sejak 26 Mei 2012 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Prigi menegaskan bahwa Ecoton telah melayangkan somasi kepada Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dan memberikan waktu selama 10 hari untuk segera melakukan normalisasi Kali Surabaya. Faktanya, hingga saat ini belum ada satu pun perusahaan yang melakukan pencemaran dan menyebabkan ribuan ekor ikan mati mengambang pada 26 Mei 2012 yang ditindak.
Koordinator KJPL, Teguh Ardi Srianto, mengatakan selain terjadi pencemaran di sungai, masalah lingkungan yang tak kalah serius adalah kondisi hutan mangrove di Surabaya. Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Ini bisa dilihat dari gundulnya hutan mangrove yang ada di pantai utara Surabaya ataupun di pantai timur Surabaya. "Kami juga mendesak Wali Kota segera menanam kembali mangrove serta menindak perusak mangrove," ujar Teguh.
FATKHURROHMAN TAUFIQ