TEMPO Interaktif, Bandung - Jurnalis dan sejumlah pelajar di Bandung menggelar aksi bersama terkait insiden kekerasan di SMA 6 Jakarta. "Kekerasan bukan satu-satunya jalan," kata Siswa Kelas XII SMA Negeri 12 Bandung, Syahid Yogga, di sela aksi bersama itu, Selasa, 20 September 2012.
Sejumlah pelajar ditemani gurunya menggelar aksi bersama jurnalis Bandung itu di depan Gedung Sate. Pelajar yang mengenakan seragam putih abu-abu bergantian berorasi bersama guru dan sejumlah jurnalis mengecam kekerasan yang terjadi di Jakarta sebagai buntut peristiwa tawuran antarpelajar itu.
Yogga mengatakan pelajar masih labil, butuh keteladanan. "Di sini peran guru dan pemerintah untuk memberi keteladanan itu," katanya.
Pelajar lainnya, Andre Wemona, kelas XI dari SMA Negeri 9 Bandung, meminta agar kekerasan di lingkungan sekolah dihentikan. "Sebaiknya kekerasan itu dihindari," katanya.
Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Hartono mengatakan, sebagai pendidik, dirinya prihatin dengan persoalan yang terjadi di Jakarta itu. Padahal siswa, katanya, butuh keteladanan konkret untuk dicontoh. "Kami tidak ingin Indonesia terpuruk begini. Kami merasa investasi SDM teracuni dengan cara ini," katanya di sela aksi itu.
Menurutnya, guru seharusnya bisa mengambil peran untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian itu. "Saya ingin mengingatkan teman-teman saya, selalu mengoreksi diri," kata Hartono.
Juru bicara jurnalis Bandung, Ketua IJTI Jawa Barat, Iman S. Nurdin, menyesalkan kekerasan yang terjadi kepada wartawan yang justru dilakukan pelajar. Dia meminta Menteri Pendidikan untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang malah menghasilkan kekerasan.
Iman minta jurnalis juga berhati-hati dalam menjalankan kerja jurnalistiknya. "Wartawan bertugas memenuhi hak informasi masyarakat," katanya. "Wartawan adalah mitra masyarakat dalam bidang informasi, bukan musuh masyarakat."
AHMAD FIKRI