TEMPO.CO, Maluku Tengah - Shinatria Adhityatama, tokoh 17 Agustus Tempo.co, memilih jalan pedang sebagai arkeolog maritim. Peneliti muda di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) ini memiliki segudang prestasi. Sebut saja: penemuan kapal selam Nazi di Laut Jawa, kapal perang HMAS Perth milik Australia di Selat Sunda, dan kapal kuno dari abad ke-13 di perairan Kepulauan Riau.
Setahun setelah lulus kuliah dari jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada pada 2012, pria kelahiran 9 Desember 1987 ini bergabung di Puslit Arkenas. Dia dipercaya melakukan penelitian bidang arkeologi maritim. Tentunya, banyak risiko yang dia hadapi saat meneliti di bawah laut.
"Gelombang tinggi, arus bawah laut yang kencang," kata pria yang karib disapa Adit ini, kepada Tempo, Ahad, 6 Agustus 2017, di Hitu, Desa Hitu Messing, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. "Tapi itu salah satu risiko jadi arkeolog maritim. Harus tahan banting saat berada di bawah laut."
Berikut petikan wawancara Shinatria Adhityatama dengan Rere Khairiyah dari Tempo:
Baca: Edisi Khusus 17 Agustus: Orang Muda Inspiratif
Kenapa dulu memilih kuliah jurusan Arkeologi?
Dari kecil ketertarikan saya akan sejarah cukup tinggi. Di sisi lain, saya senang berpetualang di alam bebas, terutama menyelam. Jadi, saat kelas 3 SMA saya cari dapat informasi kalau jurusan ini bisa mengakomodir hobi dan minat saya.
Tidak ditentang oleh keluarga?
Justru sebaliknya. Ayah dan Ibu selalu demokratis dengan pilihan anaknya. Jadi, saat saya memilih Arkeologi, mereka malah mendukung asal itu dianggap baik. Begitupun kepada kakak perempuan saya yang mengambil ilmu Gizi.
Sejak kapan mulai suka dengan selam?
Pertama kali kenal dengan olahraga selam di Bali pada 2005. Saat itu belum lulus SMA. Setahun setelahnya, sebelum masuk kuliah, saya ambil sertifikat selam. Di kuliah saya mulai belajar arkeologi bawah laut dan membuat saya makin cinta dengan selam.
Lalu, kapan melakukan penelitian arkeologi maritim secara profesional?
Saat kuliah. Waktu kuliah tahun ketiga, Balai Arkeologi Yogyakarta mengajak saya bergabung dalam beberapa penelitian arkeologi maritim. Di antaranya, penelitian pola perdagangan candu, kapal dagang Maatschappij Fyenoord milik Belanda yang karam di Gili Raja, Pulau Madura.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Shinatria, Arkeolog Penemu Kapal Selam Nazi
Shinatria Adhityatama saat melakukan eksplorasi di kapal selam U-boat milik Nazi Jerman. (Istimewa)
Selanjutnya: Bergabung dengan Puslit Arkenas