Apakah penelitian arkeologi maritim selalu berhubungan dengan laut?
Tidak selalu laut dan tidak selalu objek kapal karam. Ada juga soal kawasan perairan, seperti danau. Saya pernah melakukan penelitian lingkungan bawah air Danau Matano.
Hasilnya?
Kami temukan dua hal. Pertama, bekas perkampungan yang tenggalam. Kedua, tembikar dan alat batu yang umurnya diperkirakan 2.000 tahun. Namun, kami belum temukan konteks dan korelasi keduanya. Saat ini masih diteliti lebih lanjut.
Penelitian di Indonesia kerap dianggap tak menjanjikan banyak uang, Anda tidak khawatir?
Sebagian besar ilmuwan saya yakin tidak memikirkan penghasilan, tapi lebih kepada passion. Realitanya memang butuh penghasilan untuk menghidupi diri dan keluarga. Namun, itu bukan tujuan utama. Target ilmuwan itu satu: ilmu pengetahuan.
Mimpi apa yang belum Anda raih?
Banyak. Menyelesaikan studi hingga doktoral, serta mengungkap temuan arkeologi maritim yang belum tereksplorasi, seperti Kapal Trinidad yang dikomandoi Ferdinand Magellan yang tenggelam di perairan Nusantara. (Ferdinand Magellan adalah orang Eropa pertama yang mengelilingi bumi. Dia tewas di Datuk Lapu-lapu, Filipina. Kapal Trinidad tenggelam di perairan Nusantara).
Terakhir, siapa inspirasi Anda dalam dunia arkeologi?
Profesor Harry Truman Simanjuntak, Pak I Made Geria yang juga Kepala Puslit Arkenas. Lalu ada Pak Bambang Budi Utomo dan Priyatno Hadi, guru saya di bidang arkeologi maritim. Ada juga Adam Brumm, pakar arkeologi dari Griffith University, Australia; Jose Joorden, pakar bioarkelogi, dan Martijn Manders, pakar arkeologi maritim, dari Leiden University, Belanda; Grame Henderson dan Andrew Viduka dari Wreck Check Inc, Australia. Mereka inspirasi yang juga mentor saya.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Save Yourselves, Karena Hidup Lebih Bermakna
Shinatria Adhityatama saat meneliti kapal dagang Cina di perairan Natuna. (Istimewa)
Simak artikel lainnya tentang Edisi Khusus Tokoh Generasi Inspiratif 17 Agustus hanya di Tempo.co.
RERE KHAIRIYAH | AMRI MAHBUB