TEMPO.CO, Yogyakarta - Adanya perbedaan keyakinan, jalur politik dan pilihan pemimpin saat ini di Indoneaia justru menjadi ajang gontok-gontokan dan perpecahan. Saling hujat, saling fitnah bahkan aaling melukai sudah sering terjadi.
Namun, bagi Institut Seni Indonesia Yogyakarta, seni menjadi wahana ekapresi pluralitas dan perdamaian. "Seni dan seniman mempunyai potensi untuk berperan sebagai penggerak gerakan saling menghargai, saling menghormati demi menjaga keberagaman. Suatu perbedaan bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk dihargai dan dihormati sebagai wujud satu kehidupan yang plural dan damai," kata Pamungkas Wahyu Setiyanto, ketua Dies Natalis XXXIII ISI Yogyakarta, Rabu malam, 3 Mei 2017.
Baca juga:
Kampus ISI Yogya & Warga Bantul Tolak Gerakan HTI
Seni, kata dia sebagai karya universal mempunyai kekuatan maha dahsat untuk mengajak semua orang untuk bisa menjaga pluralias dan perdamaian. Para seniman ISI menghadirkan berbagai macam karya seni yang dipamerkan di Jogja Galery, 3-7 Mei 2017.
Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta menggelar pameran seni media rekam Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK). Pameran bertema "Seni sebagai Ekspresi Pluralitas dan Perdamaian" ini digelar sampai 7 Mei di Jogja Gallery Yogyakarta bertepatan dengan dies natalies XXXIII ISI Yogyakarta. "Seni lebih tajam dari pedang," kata dia.
Rektor ISI Yogyakarta M. Agus Burhan mengatakan, krisis saling menghormati, krisis toleransi perlu direspons dengan karya seni. Pihaknya perlu menyuarakan dan berkontribusi menjaga pluralisme dan kedamaian di negeri ini.
Baca pula:
HTI Berdakwah di Kampus ISI Yogya, Haramkan Gambar Manusia
"Seni dengan nilai universalnya diberdayakan secara produktif dan persuasif untuk mencerahkan kesadaran dan membangun perdamaian, " kata Rektor ISI.
Ada seratusan karya seni fotogragi dan film dipamerkan di Jogja Galeri. Fotografer terdiri dari dosen, anghota BKS-PT Seni Indonesia, praktisi mesia rekam, perguruan tinggi luar negeri ikut berpartisipasi.
Karya seni fotografi dan film yang digelar di Jogja Gallery in7 masih didominasi subyek manusia. Namun juga banyak subyek alam yang diabadikan. Seperti foto presiden Joko Widodo sedang memayungi Raja Salman dari Saudi Arabia saat kehujanan, lalu ada foto empat perahu yang mengundang decak.
Selain itu juga ada foto kolase "ruang kehidupan", sebuah gambaran kehidupan di sekitar Malioboro. Selain itu masih banyak foto yang dipamerkan yang mengandung makna filosofis.
Karya film yang digelar banyak judulnya. Seperti gilm "Anak Istimewa", yang berceritabtentang keluarga tuna netra. Kemudian ada juga gilm "Antar Kota Dalam Provinsi" yang menhisahkan seorang kernet bus. Dan masih banyak film karya para seniman media rekam ini yang hisa dinikmati.
MUH SYAIFULLAH