TEMPO.CO, Jakarta - Allan Nairn bukan orang yang baru kenal Indonesia, khususnya Jakarta. Jurnalis investigasi asal Amerika Serikat, kelahiran Morristown, New Jersey, 1955 ini dalam wawancara dengan Majalah Tempo edisi 7 Juli 2014 mengatakan ia pertama kali datang pada 1991. Selanjutnya, alumnus Yale University ini bolak-balik ke Timor Timur—nama provinsi itu ketika belum merdeka—dan ke Aceh untuk meliput konflik.
Beberapa hari belakangan, nama Allan Nairn muncul kembali setelah sebelumnya pembicaraan off the record-nya dengan Prabowo Subianto dibuka jelang Pilpres 2014. Kini, terkait laporannya yang diterjemahkan Tirto.id dengan judul Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar pun mengundang reaksi. Dalam hasil investigasinya, Allan Nairn mengatakan unjuk rasa besar yang terjadi di Jakarta, tidak semata-mata untuk mendesak pemerintah agar memberhentikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lebih dari itu, ada upaya untuk menggulingkan pemerintahan dengan menciptakan kekacauan di kalangan masyarakat.
Baca juga:
Makar Berdalih Ahok, Al Khaththath Bantah Investigasi Allan Nairn
Allan Nairn menyebut beberapa tokoh terlibat dalam upaya itu seperti Fadli Zon, Hary Tanoesoedibdjo, Kivlan Zein, Rizieq Syihab, Tommy Soeharto, hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam laporannya, Fadli Zon dan Harry Tanoe dianggap sebagai pendukung utama upaya makar ini.
Kontan tulisan tersebut mendapat reaksi keras dari nama-nama yang disebutkan itu. Fadli Zon tengah mempertimbangkan melaporkan Allan Nairn ke polisi sementara Hary Tanoesoedibjo telah membuat pelaporan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya, Selasa, 25 April 2017.
Kepala Bidang Hukum Perindo Chris Taufik mengatakan tulisan Nairn dinilai telah mencemarkan nama baik lantaran menyebut Harry mendanai aksi massa pada November 2016 yang menuntut pemidanaan Ahok terkait kasus penistaan agama. Chris mengatakan Harry membantah semua keterangan Nairn dalam tulisan itu.
Baca pula:
Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi
Dewan Pers Ajak Harry Tanoe Tak Polisikan Tulisan Allan Nairn
Bertahun-tahun Allan mengakui menjadi target operasi TNI. Pada 12 November 1991, ia dan rekannya, Amy Goodman, berada di Santa Cruz, Dili, dan menyaksikan sendiri pembantaian oleh tentara Indonesia. Kala itu, ia dan Amy mencoba menghalangi penembakan warga sipil, tapi gagal. Allan malah dihantam popor M16 hingga tengkoraknya retak dan ia didera vertigo hingga 10 hari. Atas semua prestasi jurnalistiknya, Allan meraih penghargaan jurnalistik Robert F. Kennedy Memorial First Prize Award, George Polk Award, dan James Aronson Award.
Media yang pernah memuat karyanya antara lain majalah The Nation, The Progressive, The New York Times, The Washington Post, The New Republic, The Guardian of London, Multinational Monitor, dan CBS News. Penghargaan: Allan Nairn dan Amy Goodman menerima Robert F. Kennedy Memorial First Prize untuk laporan Timor Timur (1993). George Polk Award dan James Aronson Award didapat atas tulisannya mengenai Haiti di majalah The Nation (1994).
S. DIAN ANDRYANTO I RIKY FERDIANTO I HERU TRIYONO