Kebangkrutan Tirto, sang mentor dalam mengelola Medan Prijaji membuat Marco meninggalkan Bandung dan bergabung dengan Martodharsono sebagai editor administrasi di koran Sarotomo. Dalam usianya yang relatif muda 22 tahun ia menjadi editor sambilaktif di dunia pergerakan melalui SI Surakarta.
Melalui SI inilah pada tahun 1814 Marco membentuk forum jurnalis bumiputra IJB (Inlander Journalis Bond). IJB sebagai wadah menyalurkan gagasan wartawan bumi putra. Marco jelas bersikap perang suara pada pemerintah penjajah melalui gagasan-gagasanya. Itu dibuktikan dalam tulisanya di koran Doenia Bergerak antara 1914-1915.
Dalam bukunya Zaman Bergerak, Takhasi Siaraishi menilai IJB sebagai forum solidaritas jurnalis bumiputra, telah menghasilkan kesadaran dalam membentuk media Islam yang lebih transformatif. Hal ini terbukti dengan simpati Misbach yang bergabung untuk kemudian menerbitkan Medan Moeslimin.
Pemikiran Marco sebagai tipologi kaum muda Hindia Belanda yang melek informasi kala itu. Takhasi menilai akses jaringan abad ke-20 dan keterkaitan pengaruh perubahan sosial secara global memberikan dampak pada kelompok intelektual di Jawa.
Kahadiran Marco bersama sejumlah kaum muda Jawa yang radikal tak lepas dari meluasnya informasi perubahan di dunia luar seperti di Rusia telah terjadi pertentangan kelas sosial pada tahun 1917 oleh kekuatan buruh dengan meledaknya revolusi Rusia.
Momentum ini tidak hanya menjadi inspirasi bagi kekuatan sosial demokrat di Jawa dalam melakukan perubahan. Semangat perubahan bagi segenap kelompok intelektual di Jawa, baik Islam dan kelompok lain menjadikan kepercayaan bahwa gerakan untuk melawan kolonialisme akan berhasil. Termasuk upaya Marco yang mendirikan IJB sebagai komunitas jurnalis yang ia pelopori kala itu.
Selanjutnya: Marco Seorang Komunis ?