TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sempat mengungkit materi pelatihan di basis angkatan darat Australia yang dinilai melecehkan Indonesia. Materi itu diambil oleh seorang perwira di Sekolah Bahasa Campbell Barracks, Perth, Australia, dari media online dan koran.
"(Materi yang diambil) terutama masalah waktu 1965, masalah-masalah Papua, dan masalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Jadi ya dicuplik-cuplik begitu," kata Ryamizard saat ditemui di gedung Kemhan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Januari 2017.
Bahan pelatihan itu kemudian ditemukan oleh seorang instruktur bahasa dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI, dan dilaporkan. Buntutnya, TNI menghentikan sementara kerja sama dan latihan militer dengan Australia.
Ryamizard sendiri menolak berkomentar lebih jauh tentang konten pelatihan yang dihebohkan itu. Dia meminta semua pihak menanggapi masalah dengan kepala dingin, khususnya setelah pemerintah Australia meminta maaf, dan memastikan penindakan terhadap pelaku terkait.
"Kita harus jernih. Yang penting kita perbaiki. Dia (Australia) kan sudah minta maaf, sudah menghukum dengan tegas (pelaku)," ucapnya.
Baca:
Soal Militer Australia Hina Indonesia, Ini Kata Guru Besar UI
Temuan materi pelatihan militer Australia yang dianggap melecehkan Indonesia itu ramai sejak Rabu kemarin. Dilansir dari laman Stuff.nz, materi pelatihan itu memuat kritik terhadap perilaku masa lalu militer Indonesia pada 1965 atau invasi Timor Timur.
Ada pula tuduhan terkait pelanggaran hak asasi manusia oleh TNI di Timor Timur, termasuk tudingan bahwa mantan pemimpin militer Indonesia, mendiang Sarwo Edhie Wibowo adalah pembunuh massal.
Pihak TNI pun menemukan materi pelatihan yang melecehkan dasar negara Indonesia. Di dalamnya, Pancasila diplesetkan menjadi kata 'pancagila'. Temuan itu pun sempat diungkapkan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
YOHANES PASKALIS | STUFF.NZ |YON DEMA