TEMPO.CO, Bangkalan - Jumlah sekolah yang mampu menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada Ujian Nasional SMP tahun 2016 di Pulau Madura, Jawa Timur, hanya dua.
Satu sekolah di Kabupaten Sampang yaitu SMP Negeri 1 Sampang dan SMP Nurul Amanah di Kabupaten Bangkalan.
Mayoritas sekolah mengalami kendala anggaran untuk pengadaan komputer dan server. "Biaya UNBK tidak murah," kata Amirullah, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tragah, Bangkalan, Selasa 10 Mei 2016.
Amir mengatakan, hanya ada 10 unit komputer di sekolah yang dipimpinnya. Jika mengikuti aturan Kementrian Pendidikan Nasional dengan jumlah peserta UN mencapai 203 siswa, maka pengelola sekolah harus menambah 50 komputer baru hingga mencapai jumlah minimal syarat UNBK yaitu 60 unit komputer.
Menurut dia, sekolah membutuhkan dana sekitar Rp 200 juta dengan harga satu set komputer atau laptop termurah Rp 4 juta per unit. Ini belum termasuk pengadaan server dan alat penunjang lain seperti genset yang sewa perharinya bisa mencapai Rp 1,8 juta. "Kalau ada bantuan dari pusat untuk pengadaan komputer, semua sekolah siap melaksanakan UNBK," ujar dia.
Secara terpisah, Kepala SMP Nurul Amanah, Dewi Sulistiowati, mengatakan sekolah ini memiliki 20 unit komputer. Ini membuat sekolah lolos seleksi Kementerian Pendidikan untuk menggelar ujian nasional berbasis komputer.
Pengelola sekolah sempat mendesak Ketua Yayasan Nurul Amanah Almakky, KH Jazuli Nur, agar bersedia membeli dua komputer baru untuk menggenapkan jumlah komputer di sekolah itu menjadi 20 unit. "Karena ditambah, akhirnya kami memenuhi syarat untuk menggelar UNBK," kata dia.
Menurut Dewi, syarat 20 komputer itu menyesuaikan jumlah peserta UN di sekolah ini yang hanya berjumlah 48 siswa. Berbeda dengan sekolah lain, UN di SMP Nurul Amanah dibagi tiga sesi, masing-masing sesi pesertanya 13 orang, dimulai dari pagi hingga sore hari. "Penyediaan komputer minimal 50 persen dari total peserta UN," kata dia menerangkan.
Dewi mengaku bangga bisa menjadikan SMP Nurul Amanah menjadi satu-satunya SMP swasta di Pulau Madura yang bisa menggelar UNBK. Dia mengungkapkan dengan menggunakan komputer, anggaran pelaksanaan UN jadi lebih murah, praktis dan tidak perlu banyak panitia ujian. "Kalau pakai kertas, ribet dan rumit," ungkap dia.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Bangkalan, Mohni, mengatakan karena keterbatasan anggaran, pihaknya tidak berani menargetkan pada UN tahun depan semua sekolah sudah bisa menggelar UN berbasis komputer. Namun pemerintah daerah akan mengupayakan jumlah sekolah yang menggelar UNBK bertambah setiap tahun secara bertahap.
"Tahun ini Nurul Amanah, tahun depan SMP N 1 mungkin bisa gelar UNBK, kabarnya akan dapat bantuan dari pusat," kata dia.
Mohni menilai ujian online lebih unggul dari segala sisi dibanding ujain manual. Selain lebih hemat anggaran, dengan sistem online nilai yang diperoleh siswa lebih murni karena tidak menyontek. "Kalau ujian kertas, masih ada celah menyontek," ungkap dia.
MUSTHOFA BISRI