TEMPO.CO, Manado - Julian Philip, seorang ABK Brahma 12 yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf selama lima pekan, tiba di Manado, Rabu siang, 4 Mei 2016. Dia ditemani sang istri, Vemmy Wowor, dan putranya, Mark Philip.
Philip mengaku selama di tawanan, mereka tidak pernah diperlakukan secara kasar oleh para penyandera. "Hanya soal makanan saja yang memang tidak memadai," kata Philip di Bandar Udara Samratulangi, Rabu, 4 Mei 2016.
Philip mengaku bahwa selama lima pekan, tepatnya 36 hari masa penahanannya bersama dengan sembilan rekan lainnya, delapan kali mereka harus berpindah-pindah lokasi. Menurut dia, selain di dalam hutan mereka juga sempat menyeberang laut. Namun demikian, menurut Philip, dia sama sekali tidak tahu satu pun lokasi saat mereka berpindah-pindah tersebut. "Saya tak mengenali semua lokasinya," kata Philip.
Dia berujar, saat akan dibebaskan mereka juga tak mengetahui karena prosesnya begitu cepat dan tidak terduga. Menurut dia, mereka dibawa naik perahu. Ketika turun dari perahu langsung disuruh naik mobil yang memang sudah siaga. Sepanjang perjalanan mereka diminta untuk duduk diam. "Di mobil tidak ada kelompok Abu Sayyaf, yang ada hanya sopir dan pemandu. Kami juga saat diturunkan hanya dipersilakan mencari rumah gubernur sendiri," kata Philip.
Adapun sepuluh ABK Kapal Brahma 12 dibebaskan pada Minggu, 1 Mei 2016. Mereka kemudian dijamu makan oleh Gubernur Sulu. Mereka juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan kemudian pada malam hari dipulangkan ke Indonesia.
ISA ANSHAR JUSUF