TEMPO.CO, Kediri - Saat sebagian besar pelajar memperingati Hari Kartini, ratusan pelajar Madrasah Aliyah 2 Kediri, Jawa Timur, justru berunjuk rasa memprotes kepala sekolah. Mereka bahkan hendak melaporkan kepala sekolah ke kejaksaan karena diduga mengkorupsi sumbangan wali murid.
Para pelajar itu menolak masuk kelas sejak pagi. Mereka berkumpul di halaman sekolah dan gerbang sekolah. “Kami menduga mereka melakukan korupsi sumbangan wali murid,” kata Mohamad Ainun Najib, koordinator aksi yang juga pelajar MAN 2 Kediri, Kamis, 21 April 2016.
Menurut Ainun, sebelum berunjuk rasa di sekolah, dia dan kawan-kawannya lebih dulu mendatangi kantor Kementerian Agama setempat yang membawahi pendidikan madrasah. Kedatangan mereka ke kantor itu untuk melaporkan Kepala Sekolah MAN 2 Kediri yang dituding gemar menarik sumbangan orang tua tanpa pertanggungjawaban yang jelas.
Ainun mengatakan pihak sekolah melalui komite madrasah mewajibkan setiap wali murid membayar uang sumbangan sebesar Rp 500 ribu untuk siswa kelas X dan XI, dan Rp 650 ribu untuk siswa kelas XII. Dengan berdalih membiayai kebutuhan pendidikan, uang itu di antaranya diperuntukkan membangun gedung sekolah dan infrastruktur lain. “Pungutan ini juga wajib bagi siswa miskin,” ujar Ainun.
Kenyataannya, para siswa dan orang tua tidak melihat nilai manfaat pungutan itu. Bahkan bangunan masjid yang konon dibiayai dari uang itu justru dalam kondisi memprihatinkan. Begitu juga dengan bangunan sekolah. Selain plafonnya rusak, banyak ruang kelas yang bocor saat hujan.
Baca Juga:
Inilah yang membuat para siswa geram dan merasa menjadi sapi perahan pihak sekolah. Karena itu, mereka berharap Kementerian Agama Kota Kediri merespons kasus ini dan melakukan penyelidikan pengelolaan keuangan MAN 2 Kediri.
Meski tak ditemui Kepala Kantor Kementerian Agama dengan alasan sedang dinas ke luar kota, para pelajar tetap semangat berunjuk rasa. Mereka juga melakukan hal yang sama di halaman sekolah dan menolak mengikuti pelajaran.
Sayangnya, meski didemo semua muridnya, tak satu pun pengajar MAN 2 yang bersedia memberikan keterangan kepada wartawan. Demikian pula kepala sekolah, yang paling dicari siswa, tak menampakkan batang hidungnya untuk memberi penjelasan.
HARI TRI WASONO