TEMPO.CO, Yogyakarta - Belasan Massa dari Front Jihad Islam (FJI) menggeruduk Pesantren Waria Al-Fatah pada Jumat siang, 19 Februari 2016. Saat massa FJI datang, puluhan polisi sudah berjaga di sekitar pesantren, yang tak jauh dari kawasan Kotagede dan berlokasi di kampung Celenan, Dukuh Sayangan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kebetulan, saat itu, santri waria sudah meninggalkan pesantren beberapa jam sebelumnya. Belasan orang berjubah itu pun hanya berdiri di depan pintu pesantren. Setelah 20-an menit bernegosiasi dengan polisi, mereka menyerahkan surat protes ke pihak pesantren dan meninggalkan lokasi.
Sebelumnya, pada Jumat pagi, beredar pesan berantai yang berisi rencana penyegelan Pesantren Al-Fatah setelah sholat jumat oleh massa FJI. Lalu, sejak Pukul 13.00, puluhan polisi, yang sebagian membawa senjata laras panjang, pun mendatangi kawasan di sekitar lokasi pesantren. Belasan polisi dari Brigade Mobil Polda DIY juga berjaga di depan Toko HS Silver Kotagede yang berjarak satu kilo meter dari pesantren Al-Fatah.
Pimpinan Pesantren Al-Fatah, Shinta Ratri mengecam aksi FJI tersebut. Menurut dia selama ini 42 santri waria di pesantren Al-Fatah serius belajar agama Islam. "Kami menuntut ada perlindungan dari negara, jangan sampai pesantren ini disegel," kata Shinta.
Shinta memakai rumah warisan leluhurnya itu untuk menggelar acara rutin setiap minggu sore bersama puluhan santri waria lain. Sejak sore hingga malam, mereka biasa belajar membaca Al-Qur`an, praktek peribadatan dan berdiskusi tentang beragam masalah keagamaan. "Tujuan kami baik, pesantren ini akan terus aktif," kata dia.
Shinta mengaku mengetahui rencana penggerudukan massa FJI dari pesan berantai. Selain itu, beberapa polisi intel juga mendatangi pesantrennya untuk memberitahu perihal rencana aksi FJI.
Menurut Shinta penghuni pesantren khawatir akan terjadi aksi kekerasan saat aksi FJI berlangsung. Makanya, sebagian santri dievakuasi keluar dari pesantren sekitar dua jam sebelum massa FJI datang. "Saya bersama kuasa hukum dari LBH Yogyakarta lalu pergi melaporkan ancaman itu ke Polsek Banguntapan," kata dia.
Kepala Kepolisian Sektor Banguntapan, Suharno menyatakan telah memerintahkan penjagaan di sekitar pesantren Al-Fatah sampai situasi aman. Dia mengaku sudah menerima laporan dari pihak pesantren. "Kami jaga sampai situasi aman," kata Suharno.
Kordinator FJI, Abdul Rahman mengatakan organisasinya menggeruduk Pesantren Al-Fatah untuk memprotes wacana adanya kajian Fiqih Waria di sana. Menurut dia Islam tidak mengenal Fiqih Waria. "Kami tidak menolak pesantren ini asal tujuannya membuat mereka tobat dan tidak jadi kedok," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM