TEMPO.CO, Jakarta - Usulan pembuatan pantai di Kota Bandung mengalirkan suara dukungan juga cemoohan. Pembuat petisi pantai buatan tersebut, Febby ‘Lorentz’ Arhemsyah, mengakui usulan bersama beberapa kawannya yang dinamakan Koalisi Masyarakat Kurang Piknik itu menuai kontroversi, terutama di media sosial. “Saya enggak bisa larang orang untuk berkomentar, bebas-bebas saja,” katanya, Rabu, 6 Januari 2016.
Febby mengaku membaca semua komentar yang masuk. Dia menilai komentar positif yang mendukung usulan pantai buatan sebagai pihak yang sepemikiran. Adapun komentar yang negatif seperti mencemooh tidak ditanggapinya secara serius. “Saya kasih (tanda) like,” ujarnya.
Dalam tagar #bandungpunyapantai, misalnya, ajakan mendukung petisi dikomentari pro dan kontra. Beberapa yang tidak sependapat di antaranya meminta agar diperbaiki dulu hal-hal dasar, seperti tidak membuang sampah ke sungai atau santun di jalan. Ada pula yang mendukung dengan mengatakan piknik sebagian dari iman.
Menurut Febby, ia dan beberapa kawan sedang menyiapkan jawaban khusus bagi mereka yang berkomentar negatif atas usulan pantai buatan itu. Ide tersebut berawal dari obrolan iseng. “Ada teman yang mau liburan, tapi enggak mau jauh dari Bandung. Ke pantai juga jauh. Akhirnya muncul ide bikin pantai saja di Bandung,” ujarnya.
Ide iseng itu berlanjut ke pembuatan meme bergambar pantai dan perahu kayu saat matahari di horizon. Gambar tersebut disertai tulisan yang menuntut Ridwan Kamil untuk menyediakan fasilitas umum berupa pantai buatan di Kota Bandung. Pada gambar tersebut juga tertulis usulan dari Koalisi Masyarakat Kurang Piknik.
Gambar tersebut kemudian diunggah ke Facebook pada akhir pekan lalu dan menyebar hingga sampai ke wali kota. “Seratus ribu yang petisi, sok (silakan) saya perjuangkeun. *tantangan 2016,” tulis Ridwan Kamil menanggapi usulan itu. Febby kemudian membuat petisi untuk meraih dukungan sesuai dengan syarat Ridwan Kamil itu.
ANWAR SISWADI