TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Sirajuddin Abdul Wahab menganggap kasus-kasus yang disebabkan oleh elite Golkar membuat keadaan partai beringin semakin parah. Dia bahkan menyebut Golkar sudah diambang karam.
“Kekalahan telak Partai Golkar dalam pemilukada 2015 ini berpengaruh besar terhadap kondisi Golkar,” ujar Sirajuddin pada Sabtu, 12 Desember 2015.
Sirajuddin melanjutkan, faktor lain yang membuat Golkar dalam kondisi gawat adalah adanya perpecahan dalam internal partai. Di dalam tubuh Golkar terdapat dua kubu, yang pertama kubu Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali dan kedua kubu Agung Laksono, Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol, Jakarta.
Selain itu, kata Sirajuddin, faktor berikutnya adalah energi elite yang tersedot arus konflik internal tersebut. Belum lagi, kata dia, kondisi demikian semakin diperparah oleh kasus “Papa Minta Saham” yang melibatkan Setya Novanto, elite Golkar yang juga Ketua DPR RI.
“Lengkap sudah penderitaan yang harus dipikul oleh Golkar,” kata dia.
Sirajuddin berujar, kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlanjut. Dirinya menuturkan, bila terus menerus demikian, Golkar akan jatuh dalam kubangan konflik. “Elite Partai Golkar harus sadar, saat ini Partai Golkar diambang karam,” kata dia.
Menurutnya, hanya elite Golkar sendiri yang dapat memperbaiki kondisi partai beringin tersebut saat ini. Sirajuddin mengatakan, regenerasi elite adalah jalan yang tepat. “Konflik harus diakhiri dengan diselenggarakannya Munas bersama serta regenerasi kepemimpinan Partai Golkar” ucap Sirajuddin.
BAGUS PRASETIYO